swipe up
[modern_search_box]

Mengenal Ngeruwak, Ngendag, dan Nasarin: Fondasi Spiritual dalam Arsitektur Tradisional Bali

 Mengenal Ngeruwak, Ngendag, dan Nasarin: Fondasi Spiritual dalam Arsitektur Tradisional Bali

kemdikbud.go.id/ kabarportal

DENPASAR, KABARPORTAL.COM - Dalam tradisi Hindu Bali, pembangunan rumah atau tempat suci bukan sekadar urusan teknis, melainkan perjalanan spiritual yang sarat makna.

Upacara Ngeruwak, Ngendag, dan Nasarin menjadi langkah awal yang krusial, menggambarkan keterkaitan erat antara manusia, alam, dan Tuhan.

Ritual-ritual ini bukan hanya prosesi seremonial, tetapi juga cerminan nilai teologis dan filosofis yang menjiwai arsitektur tradisional Bali.

Makna Teologis dalam Pembangunan

Upacara Ngeruwak, Ngendag, dan Nasarin menandai tahap awal pembangunan dengan penuh kekhidmatan. Prosesi ini melibatkan pengupacaraan tanah sebagai dasar bangunan, dilakukan dengan penuh hati-hati untuk menghormati dimensi spiritual.

promo pembuatan website bulan ini

Dalam keyakinan Hindu Bali, membangun rumah adalah bentuk pengabdian kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Setiap ritual mencerminkan ketaatan pada ajaran agama, memastikan bangunan yang didirikan selaras dengan nilai-nilai suci.



Keselarasan dengan Tradisi Perkawinan

Salah satu keunikan upacara Nasarin adalah kemiripannya dengan ritual perkawinan. Kesamaan ini bukan kebetulan, melainkan simbol keharmonisan dan kesucian yang diharapkan dalam pembangunan rumah atau tempat suci. Seperti pernikahan yang mengikat dua insan dalam ikatan suci, upacara ini mengikat pembangunan dengan keberkahan spiritual. Hubungan ini memperkuat nilai budaya Hindu Bali, menjadikan rumah tidak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga wadah rohaniah yang penuh makna.

Filosofi Tri Hita Karana dalam Arsitektur Bali

Inti dari upacara Ngeruwak, Ngendag, dan Nasarin adalah penerapan Tri Hita Karana, filosofi Bali yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Dalam konteks arsitektur tradisional, prinsip ini tercermin dalam setiap aspek pembangunan, mulai dari tata ruang hingga pemilihan bahan bangunan. Penggunaan material ramah lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana menunjukkan komitmen untuk menjaga harmoni dengan Bhuwana Agung (alam semesta).

Filosofi ini juga terlihat dalam desain arsitektur Bali yang mengintegrasikan elemen-elemen seperti natah (halaman tengah) dan orientasi bangunan yang selaras dengan arah mata angin. Upacara awal ini menjadi fondasi untuk memastikan bahwa setiap langkah pembangunan tidak hanya fungsional, tetapi juga menghormati keseimbangan spiritual dan lingkungan.

1 dari 2 halaman

ikuti kami di Google News

Tim Kabarportal

Baca Juga: