BaliSpirit Festival 2025: Menyembuhkan Jiwa Anak Muda melalui Spiritualitas dan Gaya Hidup Sehat

BaliSpirit Festival 2025: Menyembuhkan Jiwa Anak Muda melalui Spiritualitas dan Gaya Hidup Sehat/ kabarportal
DENPASAR, KABARPORTAL.COM – BaliSpirit Festival 2025 kembali hadir dengan misi mulia: mengajak generasi muda menemukan keseimbangan jiwa di tengah gempuran krisis mental. Digelar di pulau dewata, festival ini bukan sekadar perayaan budaya dan spiritualitas, melainkan panggilan untuk hidup lebih sehat, sadar, dan selaras dengan alam.
Dalam jumpa pers yang berlangsung di The Ambengan Tenten, Denpasar, pada Kamis, 1 Mei 2025, panitia mengungkapkan visi besar mereka untuk menangani isu kesehatan mental, terutama di kalangan anak muda Bali.
Krisis Mental dan Solusi Holistik
Tingginya angka bunuh diri di Bali menjadi sorotan utama festival kali ini. Fenomena ini dipandang sebagai dampak dari tekanan sosial, minimnya edukasi kesehatan mental, dan gaya hidup yang kurang seimbang. Co-Founder BaliSpirit Festival, I Made Gunarta, menegaskan bahwa festival ini ingin menjadi ruang penyembuhan sekaligus edukasi.
“Kesehatan mental bukan isu yang bisa dianggap enteng. Bunuh diri adalah puncak dari berbagai masalah yang tidak terselesaikan. Kami ingin anak muda belajar mengelola emosi dan tekanan hidup melalui pendekatan spiritual dan gaya hidup sehat,” ujar Gunarta.
Salah satu langkah nyata festival adalah melibatkan pelajar SMA dalam program pengelolaan sampah. Para siswa diajarkan memilah limbah secara benar dan memastikan sampah sampai ke tempat pengolahan yang tepat. Kegiatan ini bukan hanya soal menjaga lingkungan, tetapi juga membentuk karakter dan kesadaran untuk hidup harmoni dengan alam.
“Ketika anak muda peduli pada lingkungan, mereka belajar bertanggung jawab. Ini bagian dari terapi jiwa, membangun mental yang kuat dan positif,” tambahnya.
Makanan Sehat untuk Jiwa dan Tubuh
BaliSpirit Festival 2025 juga menerapkan standar ketat soal konsumsi makanan. Seluruh area festival bebas dari makanan cepat saji dan bahan mengandung MSG. Sebagai gantinya, pengunjung hanya akan menemukan hidangan organik yang mendukung gaya hidup sehat dan spiritual.
“Kesehatan mental dan spiritual tidak bisa dipisahkan dari apa yang kita makan. Makanan sehat adalah fondasi tubuh yang kuat, yang pada akhirnya mendukung jiwa yang seimbang,” jelas Gunarta.
Pendekatan ini sejalan dengan filosofi Tri Hita Karana, yang menekankan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Filosofi ini menjadi jiwa dari setiap aktivitas di festival, mulai dari yoga, meditasi, hingga kegiatan edukasi.
Bali: Pusat Spiritualitas Dunia
Jumpa pers juga menghadirkan tokoh spiritual Bali, Ketut Arsana, pendiri Om Ham Retreat, yang berbagi kisah inspiratif tentang perjalanan spiritualnya. Berasal dari keluarga penyembuh, Arsana mengalami titik balik hidup setelah nyaris kehilangan nyawa dan diselamatkan secara spiritual oleh kakeknya. Pengalaman ini mengukuhkan panggilannya untuk mengajarkan yoga dan spiritualitas.
“Saya mulai mengajar yoga sejak 1979 di TVRI, saat yoga belum populer. Saya tidak mengajar karena tren, tetapi karena panggilan hati,” kenangnya.
Arsana menegaskan bahwa Bali bukan sekadar destinasi wisata, melainkan mandala spiritual dunia. Menurutnya, pulau ini memiliki energi keseimbangan yang diciptakan oleh para leluhur melalui praktik yoga di sembilan penjuru mata angin. Energi ini, katanya, masih terasa hingga kini dan menjadikan Bali sebagai tempat untuk kembali pada jati diri.
“Bali adalah tempat mencari kebenaran sejati. Yoga bukan hanya olahraga, tetapi jalan untuk menemukan Tuhan dalam diri dan menyatu dengan alam semesta,” ujarnya.
Yoga dan Tantra: Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati
Arsana juga membahas pentingnya keseimbangan antara spirit dan kecerdasan dalam praktik spiritual. Tanpa keseimbangan, seseorang bisa terjebak dalam “mabuk spiritual” yang justru membawa kerugian.
“Perubahan dunia dimulai dari diri sendiri. Satu orang yang sadar bisa menginspirasi ratusan lainnya jika bergerak dari hati,” tegasnya.
Ia juga menyinggung ajaran tantra, yang sering disalahpahami sebagai hal tabu. Menurut Arsana, tantra adalah jalan penyatuan dengan Tuhan, bukan sekadar kenikmatan duniawi. “Di Bali, leluhur telah mengajarkan tantra sebagai cara mencapai moksa—kebebasan sejati,” jelasnya.
Panggilan untuk Generasi Muda
BaliSpirit Festival 2025 bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang membangun generasi muda yang tangguh, sadar, dan peduli. Dengan menggabungkan yoga, edukasi lingkungan, makanan sehat, dan nilai-nilai spiritual, festival ini mengajak anak muda untuk menemukan makna hidup yang lebih dalam.
“Bali punya peran besar dalam menyeimbangkan dunia, terutama di era ketika banyak orang kehilangan arah. Mari kita mulai dari diri sendiri, dari hati,” tutup Arsana.
Dengan semangat ini, BaliSpirit Festival 2025 siap menjadi mercusuar harapan, mengajak semua orang—khususnya generasi muda—untuk hidup lebih sehat, bahagia, dan selaras dengan alam semesta.
***