Dimensi Spiritual Bali: 3 Tempat Nunas Tamba untuk Keseimbangan Batin dan Raga

ilustrasi umat sedang menjalankan prosesi melukat/ kabarportal
DENPASAR, KABARPORTAL.COM – Masyarakat Hindu Bali memiliki pemahaman yang unik terhadap penyakit. Bagi mereka, gangguan kesehatan tak hanya berasal dari faktor medis semata, tetapi juga bisa disebabkan oleh hal-hal non-medis atau spiritual.
Karena itulah, dalam budaya Bali dikenal istilah nunas tamba, yang berarti memohon kesembuhan, baik secara fisik maupun spiritual. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Bali tidak jarang memilih pendekatan ganda ketika menghadapi penyakit seperti, melalui pengobatan medis ke dokter dan rumah sakit, serta melalui pengobatan spiritual dengan memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa di tempat-tempat suci.
Meski banyak pura dan tempat melukat yang telah dikenal luas, ternyata ada beberapa tempat yang masih jarang terekspos, namun dipercaya sangat mujarab untuk memohon kesembuhan dan keharmonisan hidup.
Berikut ini tiga lokasi nunas tamba yang mungkin belum banyak diketahui, namun memiliki daya spiritual yang kuat dan kisah menarik di baliknya:
1. Pura Penataran Pande Beng, Gianyar
Tempat Suci untuk Kesembuhan, Kelancaran Rejeki, dan Keturunan
Terletak di Kelurahan Beng, Kabupaten Gianyar, Bali. Pura Penataran Pande Beng adalah sebuah pura yang tidak hanya disakralkan oleh warga trah Pande, tetapi juga oleh masyarakat umum yang sedang memohon kesembuhan dari penyakit, baik medis maupun non-medis.
Keunikan dan Sejarah:
Merupakan peninggalan leluhur Pande Beng dan telah mengalami berbagai ujian alam, termasuk letusan gunung berapi. Meskipun pernah rusak, salah satu palinggih utama yakni Palinggih Gunung Agung tetap berdiri kokoh dan dianggap sebagai pusat energi penyembuhan. Selain itu, tempat ini juga terdapat ukiran kuno yang tetap dipertahankan karena diyakini memiliki kekuatan magis dan estetika klasik.
Tujuan Spiritual:
Nunas tamba : Pamedek yang mengalami gangguan non-medis sering datang untuk memohon penyembuhan.
Kelancaran karir : Banyak umat yang datang menjelang ujian atau promosi pekerjaan.
Memohon keturunan : Sudah banyak kisah warga yang setelah melakukan persembahyangan di pura ini akhirnya dianugerahi keturunan.
2. Pura Batur Sri Murti, Tabanan
Pura dengan Tumbuhan Obat dan Energi Penyembuhan Alami
Di Banjar Pemanis, Desa Biaung, Penebel, Tabanan terdapat sebuah pura yang tidak hanya digunakan sebagai tempat persembahyangan, tetapi juga dikenal karena kekayaan flora obat yang tumbuh di sekitarnya.
Fungsi Palinggih:
- Saren Kauh: Dipercaya sebagai tempat memohon keturunan.
- Saren Kangin: Khusus untuk permohonan kesembuhan.
- Ratu Made Bebotoh: Untuk keselamatan dan keberhasilan dalam hidup.
Keistimewaan:
Terdapat berbagai jenis tanaman herbal yang secara alami tumbuh di lingkungan pura. Konon pernah terjadi keajaiban: padi tumbuh dan berbuah di tempat yang tidak seharusnya, menambah aura mistis pura ini.
Dalam upacara besar, umat tidak diperkenankan menggunakan ulam bawi (babi), melainkan hanya ulam bebek, yang menunjukkan kekhususan dan aturan spiritual tersendiri.
3. Pura Telaga Pingit, Buleleng
Telaga Suci dengan Air Pahit yang Tak Pernah Kering
Di balik rimbunnya hutan Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, tersembunyi sebuah tempat suci bernama Pura Telaga Pingit.
Tempat ini tak hanya menawarkan pemandangan alam yang menenangkan, tetapi juga dikenal memiliki kekuatan penyembuhan yang sangat kuat.
Daya Tarik Telaga:
Air telaga memiliki rasa sedikit pahit dan dipercaya tidak pernah surut maupun meluap, tak peduli musim. Banyak yang datang ke sini dengan keluhan penyakit non-medis, dan merasakan perubahan setelah bersembahyang di sana.
Sebelum masuk ke kawasan pura, terdapat sebuah batu besar yang diyakini sebagai penyaring niat. Hanya mereka yang datang dengan niat baik yang bisa masuk dengan tenang.
Cerita Mistis:
Ditemukan oleh Pan Seriketat tahun 1963. Konon dijaga oleh dua sosok perempuan cantik yang sempat dilihat oleh sang penemu. Suasana yang sunyi dan damai menjadikan pura ini sangat cocok untuk meditasi dan penyucian diri.
Akses perjalanan sekitar 2,5 jam dari Kota Singaraja. Setelah sampai di Desa Penyabangan, wajib singgah ke rumah Jro Mangku Wita untuk meminta izin. Perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki sejauh 15 menit melalui jalan setapak yang hanya bisa dilalui motor.
Dalam tradisi Bali, penyembuhan bukan hanya soal tubuh, melainkan juga jiwa dan karma. Ketiga tempat suci ini merupakan contoh bagaimana budaya Bali memadukan spiritualitas, alam, dan warisan leluhur dalam proses penyembuhan.
Bagi siapa pun yang sedang mencari kesembuhan atau harmoni hidup, tempat-tempat ini bisa menjadi pilihan sakral yang layak untuk dikunjungi. Jangan lupa berkunjung ya!
***