Dua Pura Ikonik di Sanur untuk Ritual Melukat: Pembersihan Jiwa dan Raga hingga Permohonan Rezeki

ilustrasi umat sedang menjalankan prosesi melukat/ kabarportal
DENPASAR, KABARPORTAL.COM - Ritual melukat semakin populer tidak hanya di kalangan masyarakat Bali, tapi juga menarik perhatian wisatawan dan tokoh publik dari berbagai penjuru. Dalam adat Hindu Bali, melukat merupakan proses penyucian diri secara fisik dan spiritual, yang sering dilakukan di sumber air suci seperti pancoran, pertemuan sungai, atau pinggir pantai.
Di kawasan wisata Sanur, Denpasar, Bali, ada dua pura yang kerap menjadi tujuan utama untuk melukat, yaitu Pura Campuhan Windhu Segara dan Pura Dalem Pengembak. Berikut penjelasan mendalam mengenai kedua tempat suci ini, termasuk prosedur pelaksanaan dan perlengkapan yang dibutuhkan.
Pura Campuhan Windhu Segara: Keharmonisan Air Suci di Pantai Padang Galak
Berlokasi di pinggir Pantai Padang Galak, Desa Kesiman, Denpasar, Pura Campuhan Windhu Segara jadi pilihan favorit umat Hindu untuk melakukan penyucian jiwa dan tubuh. Tempat ini dikenal sebagai lokasi pengelukatan yang efektif, seperti yang diungkapkan oleh Jro Mangku Ketut Maliarsa, pengelola pura tersebut.
"Pura ini banyak didatangi pemedek untuk membersihkan diri dari energi negatif, baik secara lahiriah maupun batiniah, lengkap dengan sembahyang di area penataran," kata Jro Mangku Ketut Maliarsa baru-baru ini.
Untuk menjalani melukat di sini, pemedek harus menyiapkan perlengkapan seperti dua banten pejati, canang sari, serta klungah nyuh gading atau kelapa muda berwarna kuning. "Satu pejati dipakai untuk pengelukatan dasa mala, sedangkan pejati satunya lagi dipersembahkan setelah ritual usai di penataran, ditambah canang sari," tambahnya.
Langkah-langkahnya dimulai dengan piuning atau pemberitahuan di Pelinggih Hyang Baruna untuk meminta izin. Selanjutnya, pemedek menjalani pengelukatan Panca Tirtha dan Sapta Sindhu guna membersihkan dasa mala, menggunakan klungah nyuh gading di linggih Bhatara Wisnu. Setelah itu, mereka mandi di campuhan, yaitu titik bertemunya air sungai dan laut yang dianggap suci berdasarkan ajaran Weda.
"Melukat bisa dilakukan setiap saat, tapi waktu terbaik adalah hari-hari suci seperti Kajeng Kliwon, Purnama, atau Tilem," jelas Jro Mangku Ketut Maliarsa.
Yang menarik, pura ini tidak hanya ramai oleh pemedek lokal, tapi juga wisatawan mancanegara. Sebelum pandemi COVID-19, bahkan pejabat seperti Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pernah mengikuti ritual di sini. Banyak orang merasakan kedamaian setelah melukat, terutama berkat keunikan campuhan air laut dan sungai. Pura Campuhan Windhu Segara berstatus pura kahyangan jagat dengan susunan Tri Mandala, dan telah diresmikan oleh Pemerintah Provinsi Bali serta Parisada Hindu Dharma Indonesia pada 9 September 2016.
ikuti kami di Google News