Jenis-jenis Padmasana di Bali Lengkap dengan Penjelasannya

 Jenis-jenis Padmasana di Bali Lengkap dengan Penjelasannya

Padmasana/ kabarportal

 

DENPASAR, KABARPORTAL.COM – Berikut ini merupakan penjelasan tentang Padmasana  yang dirangkum dari beberapa sumber.

 

Tempat suci di Bali tentu memiliki bangungn suci dengan fungsi dan maknanya masing-masing.

promo pembuatan website bulan ini

 



Pun setiap tempat memiliki jumlah dan tempat suci yang menyesuaikan dengan tempat atau berdasarkan peruntukannya.

Baca Juga:  5 Kegiatan Pesta Kesenian Bali 2024 Minggu, 16 Juni 2024, Ini Jadwalnya

 

Salah satu bangungn suci yang sering kali ditemukan pada tempat yang sama adalah Padmasana.

 



Namun tentunya Padmasana juga memiliki beberapa bagian atau beberapa jenis yang berbeda.

 

Berikut ini adalah beberapa jenis Padmasana yang perlu diketahui.

Baca Juga:  5 Hotel di Kawasan Canggu Harga di Bawah Rp500 Ribu, Dekat denganFinns Beach Club dan Atlas

 

Apa itu Padmasana

 

Dilansir dari buku Acara Agama Hindu karya Putu Sanjaya, halaman 103 disebutkan bahwa Padmasana terdiri dari 2 kata yakni Padma dan Asana yakni kata Padma bermakna Teratai dan Asana berarti duduk.

apa itu padmasana siapa yang dipuja di padmasana
Padmasana/ kabarportal

Sehingga Padmasana diartikan sebagai tempat duduk bunga teratai. Bunga teratai juga dikaitkan dengan Asta Iswarya yakni paradewa yang menempati 8 penjuru mata angin.

 

8 Dewa yang menempati penjuru mata angin adalah Brahma di Selatan, Wisnu di Utara , Iswara di Timur, Mahadewa di Barat, Mahaswara di Tenggara, Sambhu di Timur, Rudra di Barat Daya, dan Sangkara di Barat Laut.

Baca Juga:  Dewasa Ayu atau Hari Baik Memulai Usaha Berdagang Juli 2023

 

Sehingga Bunga Teratai ini juga dikaitkan atau symbolik Asta Iswara dana hubungan dengan Padmasana.

 

Fungsi Padmasana

Baca Juga:  Bisa Mengotori Duni, Ini Penjelasan Tentang Anak Kecil yang Meniggal Langsung di Bawa ke Kuburan Menurut Hindu

 

Masih dalam buku yang sama, Padmasana berfungsi untuk melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yakni penguasa alam semesta beserta isinya.

 

Bentuk Padmasana

 

Diketahui jika Padmasana merupakan bangunan suci yang menjulang cukup tinggi.

 

Padmasana dalam lontar Wariga Catur Winasarira dikelompokkan sebagai berikut:

 

Padmasana Berdasarkan Tempat:

Baca Juga:  5 Rekomendasi Pura untuk Melaksanakan Malam Siwaratri

Padmasana Kencana

 

Terletak di Timur dengan bangunan menghadap ke arah Barat.

 

Padmasana

 

Letaknya di sisi Selatan dengan posisi menghadap ke Utara.

 

Padmasari

 

Berada di sebelah Barat dengan poisisi menghadap ke Timur.

Baca Juga:  3 Pura di Bali untuk Memohon Kesembuhan, Keturunan hingga Karir

 

Padmalingga

 

Letaknya di sebelah Utara dengan posisi menghadap ke Selatan.

 

Padma Asta Sodana

 

Berada di Tenggara dengan posisi menghadap ke Barat Laut.

 

Padma Naga

 

Posisi bangungn berada di sebelah Barat Daya dengan posisi menghadap ke Timur Laut.

 

Padma Karo

Baca Juga:  Berdasarkan Sasih, Berikut ini Penjelasan dan Jenis-jenis Tilem di Bali

 

Berada di sisi sebelah Barat Laut dengan posisi menghadap ke Tenggara.

 

Padma Saji

 

Letaknya berada di Timur Laut dengan Posisi menghadap ke Barat Daya.

 

Padma Kurung 

 

Posisinya berada di tengah dengan menghadap ke arah Pintu keluar atau lawangan.

[table id=5 /]

Padmasana berdasarkan Ruang dan Tingkatan

 

Padmasana juga dibedakan berdasarkan ruang atau rong dan pepalihannya atau tingkatan/ undagan sebagai berikut:

Baca Juga:  Punya Penyakit Non-medis, Ingin Berwibawa dan Berkelimpahan Rezeki? Coba Melukat di Pura yang Ada di Tabanan

 

Padmasari Anglayang

 

Memiliki jumlah ruang tiga atai rong telu dilengkapi dengan Bedawang Nala dan jumlah pepalih lima.

 

Padma Agung

 

Memiliki jumlah ruang 2 atau rong dua dan dilengkapi dengan Bedawang Nala dan jumlah pepalih 5.

 

Padmasana

 

Jumlah rongnya 1 atau rong siki dengan Bedawang Nala dan pepalih berjumlah lima.

 

Padmasari

 

Memiliki jumlah ruang 1 atau rong siki dan menggunakan Bedawang Nala dan memiliki jumlah 3 pepalih yakni palih taman (bawah), palih sancak (tengah) dan palih sar (atas).

Baca Juga:  Buda Cemeng Merakih, Hilangkan Sifat Indria

 

Sumberl lain juga menyebutkan jika Padmasari tidak menggunakan Bedawang Nala.

 

Padmacapah

 

Memiliki ruang sebanyak 1 atau rong siki dan tidak menggunakan Bedawang Nala dengan jumlah pepalih 2.

 

Dari sumber lain disebutkan bahwa Padmasana pertama kali diperkenalkan oleh Danghyang Nirartha pada zaman kerajaan Dalem Waturenggong di Bali pada abad ke-15.

 

Padmasari dan Padmacapah ini biasnaya menyendiri dan memiliki fungsi sebagai pengayatan atau penyawangan.

Baca Juga:  Tempat Melukat di Bali yang Memberikan Kelancaran Rezeki hingga Memberikan Keturunan

 

Sedangkan untuk pedagingan, baik Padmasari dan Padmacapah hanya memiliki dasar dan puncak saja.

 

Untuk Padmasana dengan Bedawang Nala menggunakan pedagingan pada dasar, madya atau tengah dan puncak.

 

Kemudian untuk tata cara pembangungan menggunakan Asta Kosala-kosali serta Asta Bumi.

 

Hiasan Padmasana

 

Padmasana memiliki beberapa hiasan yang menyertainya sebagaimana dikutip dari Babadbali sebagai berikut:

 

Di dasar bangunan ada Bhedawangnala, yaitu ukiran “mpas” (kura-kura besar) yang dililit dua ekor naga. Kura-kura adalah symbol dasar bhuvana dibayangkan sebagai api magma, sedangkan naga adalah symbol Basuki yaitu kekuatan yang mengikat alam semesta. Bhedawangnala adalah Bahasa Kawi, di mana ‘bheda” artinya: lain, kelompok, selisih; “wang” artinya: peluang, kesempatan; “nala” artinya: api.

Baca Juga:  Rainan atau Hari Raya Sepanjang Bulan Juli 2023

 

Jadi bhedawangnala artinya: suatu kelompok (kesatuan) yang meluangkan adanya api. Api di sini bisa dalam arti nyata sebagai dapur magma inti bumi, dapat juga dalam arti symbol lain yaitu energi kekuatan hidup.

 

Karena letaknya di bawah/ dasar bangunan maka symbol bhedawangnala dapat bermakna sebagai kekuatan bumi ciptaan Hyang Widhi yang perlu dijaga, dan dapat pula bermakna sebagai dasar kehidupan manusia yaitu energi yang senantiasa perlu ditumbuh kembangkan.

 

Dewa Wisnu yang mengendarai Garuda diletakkan di bagian tengah belakang, adalah symbol Hyang Widhi dalam manifestasi sebagai pemelihara.

 

Angsa diletakkan di bagian atas belakang, adalah symbol Sanghyang Saraswati bermakna sebagai: pengetahuan, ketelitian, kewaspadaan, ketenangan dan kesucian.

 

Acintya diletakkan di bagian atas depan, adalah symbol Hyang Widhi yang tidak dapat dilihat, dipikirkan wujudnya, di raba, namun vibrasinya dapat dirasakan.

Baca Juga:  Jadwal Rainan Sepanjang Bulan Maret 2024, Purnama Kedasa Barsamaan dengan Kajeng Kliwon

 

Hiasan lainnya dapat berupa karang gajah, karang boma, karang bun, karang paksi, dll. yang semuanya bermakna sebagai symbol keaneka ragaman alam semesta.

 

Memilih Lokasi Padmasana

 

Dalam membangun Padmasana juga perlu memperhatikan Lontar Keputusan Sanghyang Anala, lontar mana ditulis berdasarkan wahyu yang diterima oleh Bhagawan Wiswakarma.

 

Selain untuk membangun Padmasana, aturan ini juga dapat berlaku untuk membangun Pura, Sanggah Pamerajan, dan perumahan.

Baca Juga:  Apa Itu Ulihan? Pengingat 6 Hari Menuju Kuningan

 

Lokasi yang Baik:

 

Lebih tinggi di Barat (dari arah pusat kota atau dari arah jalan raya). Disebut “manemu labha” di mana sinar matahari tidak terhalang sejak pagi sampai sore, membawa keberuntungan dan umur panjang.

 

Lebih tinggi di arah laut, disebut “paribhoga wredhi”, membawa kemakmuran yang melimpah bagi penghuninya.

 

Rata (dengan jalan atau pusat kota) disebut “madya” tidak ada keistimewaan artinya biasa-biasa saja, namun dengan syarat: sinar matahari, udara dan air tersedia cukup tidak terhalang apapun.

Baca Juga:  Bali Fashion Trend 2024 Libatkan Semua Peran

 

Ketika berada di atas tanah itu perasaan damai, tentram dan hening, walaupun lokasi itu tidak memenuhi persyaratan seperti nomor 1,2,3 di atas, disebut “dewa ngukuhi”, membawa ketentraman bathin dan kedamaian.

 

Tanah berbau pedis ketika dicongkel sedalam 30 Cm, disebut “sihing kanti” sangat baik karena akan mempunyai banyak sahabat.

[table id=3 /]

 

Pengupa Hayu:

 

adalah usaha untuk menghindarkan bahaya-bahaya yang mengancam, karena “palemahan hala” dan “karang kebaya-baya”. Bila terpaksa harus membangun di tanah-tanah kurang baik seperti tersebut di atas, lakukan hal-hal sebagai berikut:

Baca Juga:  Penggemar Mie? Yuk Coba The Flying Noodle

 

Untuk pekarangan “sandang lawe”, buatkan padma capah tepat di arah jalan dari depan, di mana distanakan Sanghyang Indra Balaka.

 

Untuk pekarangan: “sula nyupi”, “kuta kebanda”, dan “teledu nginyah” di tengah-tengah pekarangan dibuat padma capah di mana distanakan Sanghyang Dhurgamaya.

[table id=4 /]

Untuk “karang grah” dibuatkan bangunan “sombah” yaitu tembok pagar yang berlubang sebagai symbol keluar-masuknya Sang Kala Awengku Rat.

 

Untuk tanah-pekarangan lain-lain yang termasuk palemahan hala dan karang kebaya-baya agar dibuatkan banten caru dengan tingkatan yang lebih besar misalnya “manca sanak”, “manca kelud”, dan “balik sumpah. ***

0 Reviews

Write a Review

ikuti kami di Google News

0 Reviews

Write a Review

Baca Juga:

error: Content is protected !!