Jenis Segehan, Doa dan Tempat Menghaturkan
Tentu sudah tidak asing lagi dengan kata segehan khususnya bagi umat Hindu. Segehan merupakan bagian dari Bhuta Yadnya yang masuk dalam tingkatan paling sederhana atau tingkatan paling kecil.
Segehan dengan tingkatan yang lebih besar disebut sebagai tawur. Lalu apa yang dimaksud dengan segehan, dimana saja dihaturkan segehan itu dan apa saja doa menghaturkan segehan?
Daftar Isi
Arti Segehan
Segehan ini berasal dari suku kata sega yang bermakna nasi sehingga tak heran jika segehan ini memiliki dominasi dari berbagai bentuk nasi cacahan.
Nasi cacahan yakni jenis nasi yang biasa kita makan. Selain nasi cacahan terdapat pula kepelan yakni nasi yang dikepal dan tumpeng bentuk kerucut berukuran kecil atau juga dikenal dengan dananan.
Segehan ini bebentuk taledan yakni daun pisang atau janur yang dibentuk berbentuk segi tiga atau segi empat dengan isian nasi lengkap dengan lauk pauknya.
Lauk yang dimaksud cukuplah sederhana yakni bawang merah, jahe, garam, dan lain-lainnya.
Selain itu juga digunakan api takep yakni dua buah sabut kelapa yang dibentuk menyilang yang menyerupau tanda tambah (+) atau swadtika, bukan api dupa, disertai beras dan tetabuhan air, tuak, arak serta berem.
Segehan juga memiliki makna suguh yang berarti dihaturkan kepada Bhutakala beserta ancangan iringan Bhatara dan Bhatari. Tujuannya agar mengganggu dan melalui segehan ini pula diharapkan bisa menetralisir hal negatif yang dihasilkan oleh pikira, perkataan serta perbuatan manusia.
Lalu, segehan pula bisa dikatakan sebagai lambang harmonisasi hubungan manusia dengan semua ciptaan Tuhan.
[the_ad id=”1399″]
Kapan Dihaturkan Segehan Itu?
Segehan dihaturkan setiap hari atau bisa juga dihari tertentu. Segehan diletakkan di bawah atau sudut natar merajan, pura pekarangan rumah dan tentunya gerbang masuk rumah bahkan di perempatan atau persimpangan jalan. Penjelasan tentang segehan ini juga disebutkan pada lontar Kala Tattva, lontar Bhamakertih.
Tak hanya itu, dalam Susastra Smerti (Manavadharmasastra) dikatakan bahwa setiap kepala keluarga hendaknya melaksanakan upacara Bali dan menghaturkan persembahan pada tempat terjadinya pembunuhan meliputan ulekan, pada sapu, pada kompor, pada asahan pisau, pada talenan.
Jenis Segehan di Bali
Ada beberapa jenis segehan di Bali seperti berikut:
[the_ad id=”1399″]
Segehan Kepel Putih
Adalah segehan dengan tingkat paling sederhana dan dihaturkan setiap hari. Segehan ini sama seperti segehan putih namun bagian nasinya diganti dengan warna kuning. Segehan ini dihaturkan di bawah palinggih.
Doanya:
Om Sarwa Bhuta Preta Byo Namah
Artinya:
Hyang Widhi izinkanlah hamba menyuguhkan sajian kepada bhuta preta seadanya
Segehan Kepel Manca Warna
Merupakan segehan yang sama seperti segehan kepel putih hanya saja warna pada nasinya menjadi lima meliputi putih, merah, kuning, hitam, dan brumbun.
[the_ad id=”1399″]
Tidak sembarangan dalam membuat jenis segehan ini di mana posisi warna hitam di Utara, Putih di Timur, Merah di Selatan, Kuning di Barat dan Brumbun di Tengah.
Warna Brumbun ini merupakan kombinasi dari 4 warna di atas. Segehan ini diletakkan pada pintu masuk pekarangan atau lebuh pemedal dan bisa juga di perempatan jalan.
Doanya:
Om Sarwa Durga Preta Byo Namah
Artinya:
Hyang Widhi izinkan hamba menyuguhkan sajian kepada Durga Preta seadanya
[the_ad id=”1399″]
Segehan Cacah
Jenis segehan berikutnya adalah segehan cacah yakni jenis segehan yang memiliki tingkatan lebih sempurna. Dikatakan lebih sempuna karena nasinya di bagi menjadi lima bagian atau delapan tempat.
Talen kemudian digunakan sebagai alasnya dengan memuat tujuh atau sembilan tangkih.
Jika menggunakan tangkih jumlah 7 maka posisi nasi berada di bagian pinggir yakni Timur, Selatan, Barat, Utara, dan Tengah.
Sedangkan yang lainnya digunakan untuk lauk pauknya serta base tempel dan beras yang kemudian di atasnya berisi canang genten.
[the_ad id=”1399″]
Namun jika menggunakan susunan 9 tangkih, posisinya akan mengikuti arah mata angin, selebihnya mengikuti yang 7 tangkih.
Segehan tersebut juga bisa digunakan untuk melaksanakan kajeng kliwon dan upcara kecil lainnya yang disesuaikan dengan kemampuan.
[the_ad id=”1399″]
Segehan Agung
Sedangkan untuk jenis segehan agung digunakan ketika piodalan, budal dari pemelastian, panyineban Bhatara, serta menyertai upacara Bhuta Yadnya yang lebih besar lainnya.
Segehan agung ini berbeda dari empat segehan di atas. Mulai dari alas yang memakai ngiu kemudian isiannya juga berbeda.
Untuk isian dari Segehan Agung ini meliputi bagian tengah ada daksina pengolan, segehan 11 tanding dengan posisi mengelilingi daksina dan posisi canang menghadap keluar.
[the_ad id=”1399″]
Selain itu segehan ini juga dilengkapi dengan tetabuhan, anak ayam atau pitik dengan posisi ekor yang belum tumbuh panjang serta api takep.
Cara menghaturkan segehan ini diposisikan berdekatan atau berdampingan dengan api takep. Setelah itu kelapa di bagi menjadi lima bagian yang diletakkan mengikuti arah mata angin.
Ayam diputus lehernya, kemudian darahnya dioleskan pda kelapa yang pecah tadi. Lalu telor juga dipecah kemudian diayabin barulah ditutup dengan tetabuhan.
Doanya:
Om sarwa kala preta byo namah
Artinya:
yang Widhi izinkanlah hamba menyuguhkan sajian kepada kala preta seadanya
[the_ad id=”1399″]
Perlu diingat jika tiap kali menghaturkan segehan hendaknya selalu disiram dengan tetabuhan. Tetabuhan ini tidak selalu menggunakan arak, bisa juga menggunakan air putih bersih, tuak, atau berem. Cara menyiramnya adalah mengelilingi segehan yang dihaturkan.
Doanya:
Om ibek segara, ibek danu, ibek bayu, premananing hulun
Aritinya:
Hyanng Widhi semoga hamba diberkahi bagaikan melimpahnya air laut, air danau, dan memberi kesegaran jiwa dan batin hamba
[the_ad id=”1399″]
Itulah jenis-jenis segehan, doa dan penempatannya. ***
ikuti kami di Google News
0 Reviews
ikuti kami di Google News