Kayu Cendana: Simbol Kesucian dalam Pelinggih Suci Menurut Lontar Aji Janantaka

ilustrasi pelinggih taksu di Bali/ kabarportal
DENPASAR, KABARPORTAL.COM – Kayu cendana, dengan aroma khas dan nilai spiritualnya, bukan sekadar material biasa dalam tradisi Bali. Menurut Lontar Aji Janantaka, pohon cendana mendapat panugrahan istimewa sebagai bahan utama pembuatan pelinggih atau tempat suci dalam bangunan parahyangan.
Bersama pohon seperti majagau, gaharu, dan cempaka kuning, cendana dianggap memiliki aura kesucian yang mampu mendukung kehadiran Ida Bhatara dalam berbagai wujud manifestasi-Nya.
Pelinggih dengan Kayu Cendana
Beragam jenis pelinggih, mulai dari meru, kemulan, sekepat sari, taksu, menjangan seluang, bale pesaren, rong dua, piasan, hingga gedong ibu atau gedong simpen, sering kali memanfaatkan kayu cendana.
Salah satu yang menonjol adalah pelinggih kemulan atau rong telu, tempat bersemayamnya Ida Bhatara Tri Murti—Brahma, Wisnu, dan Siwa/Iswara. Pelinggih ini bukan hanya simbol purusa pradana, tetapi juga wujud Bhatara Hyang Guru serta manifestasi Tuhan dalam Tri Murti.
Menurut Jro Dalang Wayan Contoh, kayu cendana sangat ideal untuk pelinggih kemulan. “Kayu cendana memancarkan aura positif dan memiliki nilai kesucian yang tinggi,” ujarnya. Keistimewaan cendana terletak pada kemampuannya menghadirkan energi spiritual yang mendukung fungsi sakral pelinggih.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa tidak semua masyarakat wajib menggunakan cendana secara penuh. “Cukup menyertakan unsur cendana, meski sedikit, karena cendana melambangkan Paramasiwa,” tambahnya.
Fungsi Pelinggih Piasan
Selain kemulan, kayu cendana juga kerap digunakan untuk pelinggih piasan. Pelinggih ini berfungsi sebagai tempat menghias pratima atau lingga-lingga Ida Bhatara saat upacara piodalan. Piasan menjadi wadah pemujaan Ida Bhatara Sami, terutama dalam ritual seperti penedunan Ida Bhatara Bhatari, pelastian, pebejian, hingga mekalaiyasan sebelum dilinggihkan. Karena fungsinya yang erat kaitannya dengan estetika dan kesucian, cendana menjadi pilihan utama.
Kesucian Cendana yang Tak Ternoda
“Ke mana pun pohon cendana tumbuh, ia tetap suci. Bahkan jika tumbuh di tempat yang kurang bersih, cendana tidak terpengaruh dan tetap layak sebagai stana Ida Bhatara karena sifat Paramasiwa yang melekat padanya,” jelas Jro Dalang Wayan Contoh. Nilai spiritual ini menjadikan cendana lebih dari sekadar kayu; ia adalah simbol kemurnian yang tak ternoda.
Dengan nilai spiritual dan estetika yang dimilikinya, kayu cendana terus menjadi elemen penting dalam tradisi Bali, khususnya dalam pembangunan tempat suci. Kehadirannya bukan hanya memenuhi fungsi fisik, tetapi juga memperkuat dimensi spiritual dalam setiap upacara dan pelinggih.
***