swipe up
[modern_search_box]

Kisah Cinta Jayaprana dan Layonsari: Tragedi Abadi di Makam Wisata Bali Utara

 Kisah Cinta Jayaprana dan Layonsari: Tragedi Abadi di Makam Wisata Bali Utara

Makam Jayaprana dan Layonsari di Buleleng Bali Utara/ Bulelengkab.go.id/ kabarportal

DENPASAR, KABARPORTAL.COM - Di tengah rimbunnya hutan Teluk Terima, Buleleng, Bali Utara, tersimpan sebuah kisah cinta yang mengharukan sekaligus tragis. Makam Jayaprana dan Layonsari, pasangan legendaris yang menjadi simbol kesetiaan abadi, kini bukan hanya tempat ziarah umat Hindu, tetapi juga destinasi wisata yang memikat hati. Dengan panorama laut yang memukau dan nilai sejarah yang kental, tempat ini menawarkan pengalaman spiritual sekaligus petualangan budaya yang tak terlupakan.

Awal Mula Kisah Cinta yang Penuh Harapan

Kisah ini bermula di Desa Kalianget, ketika sebuah wabah mematikan merenggut nyawa keluarga I Nyoman Jayaprana, menyisakannya sebagai anak yatim piatu. Dengan keberanian yang luar biasa, Jayaprana kecil mengabdikan diri di istana Raja Kalianget. Ketekunan dan wajahnya yang rupawan membuatnya disayang raja, bahkan di usia 12 tahun, pesonanya sudah memikat banyak orang.

Sang raja, melihat potensi Jayaprana, memerintahkannya untuk memilih pendamping hidup. Meski masih belia dan belum terpikir untuk menikah, Jayaprana tak bisa menolak titah raja. Dalam pencariannya, ia bertemu Ni Layonsari, gadis jelita putri Jero Bendesa dari Banjar Sekar. Cinta pun bersemi di antara mereka, dan dengan restu raja serta keluarga Layonsari, pernikahan megah digelar pada hari Selasa Legi Kuningan.

Namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Ketika Layonsari menghadap raja, kecantikannya memikat hati sang raja hingga ia terobsesi untuk memilikinya. Rasa cinta yang kelam ini menjadi awal dari tragedi yang mengguncang.

Pengkhianatan di Balik Titah Raja

promo pembuatan website bulan ini



Hanya tujuh hari setelah pernikahan, raja merancang tipu muslihat untuk memisahkan pasangan ini. Dengan dalih menyelidiki perahu yang hancur akibat perompak, Jayaprana diperintahkan menuju Teluk Terima. Meski Layonsari, yang diliputi firasat buruk dari mimpinya, memohon agar suaminya tak pergi, Jayaprana tak bisa menentang perintah raja yang telah membesarkannya.

Di hutan Teluk Terima, kebenaran pahit terungkap. Patih Saunggaling, dengan berat hati, menyerahkan surat dari raja yang memerintahkan pembunuhan Jayaprana agar Layonsari bisa menjadi milik raja. Mengetahui nasibnya, Jayaprana menangis, namun dengan penuh kesetiaan ia menerima takdirnya. Ketika keris patih menusuk tubuhnya, darahnya mengalir diiringi aroma harum yang misterius, disertai fenomena alam seperti angin topan dan gempa bumi.

1 dari 3 halaman

ikuti kami di Google News

Baca Juga: