Sarana dan Makna Upacara Otonan Bali: Tradisi Penuh Simbolisme

Nengah NW/ YouTube/ Kabarportal
DENPASAR, KABARPORTAL.COM - Upacara otonan, salah satu tradisi sakral dalam budaya Bali, menjadi momen istimewa untuk memperingati hari kelahiran seseorang setiap enam bulan menurut kalender Bali.
Otonan datang setiap 210 hari sekali atau 6 bulan kalender Bali, untuk mengetahui kapan otonan umat bisa melihatnya pada tanggal kelahiran masehi kemudian dicocokan lagi dengan kalender Saka.
Ritual ini tidak hanya sarat makna spiritual, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal dalam menjaga keseimbangan hidup. Berikut adalah penjelasan tentang sarana yang digunakan dalam upacara otonan sederhana serta makna simbolis di baliknya, disusun dengan gaya yang ringkas dan informatif.
Sarana Upacara Otonan
Dalam pelaksanaan otonan yang sederhana, sarana yang diperlukan mencakup beberapa elemen penting yang masing-masing memiliki fungsi spiritual. Berikut adalah daftar sarana yang umum digunakan:
- Banten Pejati: Persembahan ini ditujukan untuk Bhatara Guru atau Kemulan, sebagai wujud penghormatan kepada kekuatan ilahi yang dipercaya menuntun kehidupan.
- Dapetan: Sebagai simbol rasa syukur atas anugerah kehidupan yang telah diberikan.
- Sesayut Pawetuan: Persembahan khusus untuk Sang Manumadi, yang diyakini mengiringi jiwa manusia.
- Segehan: Ditujukan untuk Bhuta, dengan tambahan kue taart yang dihias canang sari dan dupa sebagai pelengkap.
- Canang Sari dan Dupa: Elemen ini digunakan untuk menyempurnakan persembahan dan menciptakan suasana sakral selama doa.
Setelah sarana disiapkan, prosesi diakhiri dengan doa yang dipanjatkan untuk memohon keberkahan dan perlindungan.
Makna Simbolis Gelang Benang
Salah satu elemen menarik dalam upacara otonan adalah pemasangan gelang benang putih di tangan. Penggunaan benang dalam ritual ini bukan sekadar tradisi, melainkan sarat dengan makna filosofis. Dalam bahasa Bali halus, benang disebut "beneng," yang merujuk pada dua makna utama:
- Meluruskan Jalan Hidup: Benang sering digunakan sebagai alat pengukur untuk memastikan sesuatu lurus. Dalam konteks otonan, ini melambangkan harapan agar hati dan langkah seseorang yang menjalani upacara selalu berada di jalan yang benar dan lurus.
- Kelenturan dan Ketahanan: Sifat benang yang lentur namun tidak mudah putus menjadi simbol kelenturan hati dan ketahanan semangat. Ini mengajarkan bahwa seseorang harus mampu beradaptasi dengan tantangan hidup tanpa kehilangan semangat.
ikuti kami di Google News