Mengenal Pura Penimbangan di Desa Gobleg, Buleleng

Meja batu (dolmen) di Pura Penimbangan Tamblingan/ kabarportal
BULELENG, KABARPORTAL.COM - Di tepi Danau Tamblingan yang memukau, Pura Penimbangan berdiri sebagai permata budaya Bali yang memancarkan pesona spiritual dan sejarah. Terletak di Dusun Tamblingan, Desa Munduk, Buleleng, pura ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga penjaga warisan leluhur yang kaya.
Dikelilingi panorama alam yang menakjubkan, Pura Penimbangan mengajak setiap pengunjung menyelami kekayaan tradisi Bali, dari jejak prasejarah hingga sentuhan kolonial, sambil merasakan kedamaian yang sulit dilupakan.
Pesona Alam di Jantung Tamblingan
Pura Penimbangan menempati lokasi istimewa di tepi selatan Danau Tamblingan, pada ketinggian 1.241 meter di atas permukaan laut. Berada di antara Desa Gobleg, Gesing, dan Uma Jero, pura ini dikelilingi hutan hijau yang rimbun dan permukaan danau yang berkilau. Suasana tenang ini menciptakan ruang ideal untuk refleksi dan kontemplasi, menjadikan pura ini destinasi unggulan bagi wisatawan yang mencari ketenangan sekaligus keindahan alam Bali. Pemandangan danau yang memesona, dipadukan dengan udara sejuk pegunungan, menawarkan pengalaman wisata budaya yang autentik.
Jejak Sejarah yang Hidup
Pura Penimbangan adalah saksi bisu perjalanan panjang Bali, dari era prasejarah hingga masa Hindu-Buddha dan kolonial Belanda. Penelitian arkeologi di Situs Tamblingan mengungkap temuan berharga, seperti prasasti, kereweng hias terajala, dan fragmen beliung persegi. Salah satu penemuan penting adalah Prasasti Tamblingan, ditemukan pada 1987, bertarikh 1306 Caka (1384 M). Prasasti ini mencatat perintah Raja Bhatara Cri Parameswara kepada komunitas pandai besi Tamblingan untuk kembali dari pengungsian, menandakan keberadaan masyarakat terampil yang telah berkembang di tepi danau sejak abad ke-14.
Selain itu, dolmen besar dari batu andesit di pura ini menjadi bukti warisan prasejarah. Masyarakat setempat mempercayai dolmen ini sebagai tempat suci untuk memohon keselamatan dan kesuburan. Pada era Hindu-Buddha, pemujaan leluhur dan dewa Trimurti semakin mengakar, ditandai dengan kehadiran arca dan kemajuan kerajinan logam yang menunjukkan kecerdasan budaya masa itu.
Jantung Spiritual Masyarakat Bali
Pura Penimbangan bukan hanya bangunan batu, tetapi juga pusat spiritual yang menghubungkan masyarakat dengan leluhur dan alam. Dolmen dan menhir di pura ini menjadi simbol kuno yang masih relevan dalam upacara keagamaan hingga kini. Selama ribuan tahun, kawasan ini telah menjadi tempat pemujaan terhadap kekuatan alam, dengan tahta batu sebagai media utama untuk doa kesejahteraan dan harmoni. Upacara keagamaan di pura ini tetap hidup, mencerminkan kearifan lokal yang terus dijaga oleh masyarakat setempat.
ikuti kami di Google News