Memahami Makna dari Siwaratri, Malam Perenungan Dosa dengan Kisah Lubdaka

ilustrasi Dewa Siwa/ ankit_dandhare/ Pixabay
KABARPORTAL.COM - Berikut adalah penjelasan singkat tentang Siwaratri yang datang setiap 1 tahun sekali. Siwaratri datang sehari sebelum Tilem Kapitu dan pada tahun ini hari yang identik dengan Dewa Siwa.
Siwaratri dibagi menjadi 2 kata yakni Siwa dan Ratri. Dalam bahasa Sansekerta, Siwa berarti baik hati, membahagiakan dan juga memberi harapan.
Selain itu, Siwa juga manifestasi dari Tuhan sebagai pelebur. Sedangkan kata Ratri memiliki maksa malam atau kegelapan.
Sehingga bisa disimpulkan jika Siwaratri merupakan malam pemujaan Siwa atau peleburan kegelapan. Siwaratri begitu identik dengan kisah sang lubdakan yakni seorang pemburu yang akhirnya berhasil masuk surga.
[irp]
Saat Siwaratri dipercaya bahwa Dewa Siwa tengah bersemedi. Saat inilah umat merenungkan kembali akan perbuatan yang telah dilakukan sehingga ke depan tidak lagi melakukan segala perbuatan kegelapan.
Dalam menjalankan Siwaratri ada beberapa langkah menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
[irp]
Ini juga dikenal sebagi Tri Brata Siwaratri yakni ofa Brata, Upawasa dan Jagra. Mona Brata merupakan pengendalian diri dalam bentuk kata-kata atau juga berdiam diri hingga tidak berbicara.
Upawasa berarti puasa atau tidak makan. Ini juga berarti menjalani proses pengendalian diri dari keterikatan duniawi. Upawasa ini dilakukan selama 24 jam dan menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Jagra berarti sadar atau juga disebut tidak tidur hingga pagi menjelang yang disertai dengan pemujaan kepada Siwa.
[irp]Jagra juga dikaitan sebagai pengendalian diri atau tetap untuk mawas diri dan berlangsung selama 36 jam atau menyesuaikan dengan kemampuan diri.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa Siwaratri identik dengan kisah Lubdakan. Kisah ini ditulis oleh Empu Tanakung yang mengisahkan tentang sorang pemburu binatang bernama Lubdaka.
[the_ad id="1336"]
Semasa menjalani hidupnya, Lubdaka memiliki banyak dosa lantaran telah membunuh banyak binatang yang tak bersalah.
Suatu hari sang Lubdaka melakukan perburuan seperti biasanya. Dimana sejak pagi hari hingga malam menjelang, tak satupun buruan yang ia dapatkan.
Perjalanan Lubdakan terhenti lantaran langit sudah malam dan dia masih berada di tengah hutan. Sejak dia berjalan pagi hingga malam menjelang, Lubdakan pun tidak makan, tidak berbicara
ikuti kami di Google News



