Menelisik Bangunan Rumah Umat Hindu di Bali dari Sisi Sanggah Pamerajan

 Menelisik Bangunan Rumah Umat Hindu di Bali dari Sisi Sanggah Pamerajan

Ilustrasi Sanggah/ Merajan yang ada di Bali/ Wikimedia Commons

 

 

KABARPORTAL.COM – Konsep dalam pembangunan rumah untuk umat Hindu di Bali merupakan warisan dari Mpu Kuturan.

Dimana konsep tersebut memiliki beberapa bagian yakni Nista (sederhana), Madya (tengah) dan Utama (Utama).

promo pembuatan website bulan ini

Ini juga dikenal dengan istilah hulu, tengah dan teben. Kemudian dalam konsep ini juga menjadikan sistem pekarangan rumah menjadi 9 dari Nistaning Nista hingga Utamaning Utama.



Baca Juga:  Ala Ayuning Dewasa Juma, 16 Juni 2023, Baik untuk Membuat Pagar Tidak Baik untuk Ini

Lalu seiring perjalanan konsep tersebut disederhanakan menjadi 4 bagian saja yakni Sri, Aji, Kala dan Rudra. Dalam membangun rumah, umat Hindu di Bali juga perlu memperhatikan pembangunan Sanggah Pamerajan.

Membangun Merajan

Disaat masyarakat Hindu di Bali hendak membangun sebuah merajan, terlebih dahulu membuat Turus Lumbung yakni sebuah bangunan sederhana yang menjadi cikal bakal sanggah.

Turus Lumbung ini dibuat menggunakan taru sakti atau pohon dadap, di mana Turus Lumbung ini menggambarkan sumber kehidupan dan menjadi pelindung.

Baca Juga:  Banten Purnama Sadha, Ini Penjelasannya Berdasarkan Lontar dan Larangannya

Turus Lumbung ini memiliki waktu penggunakan yakni enam bulan sampai tiga tahun hingga pada akhirnya pemilik rumah mampu untuk membuat sanggah pamerajan secara utuh atau permanen.



Dirangkum dari beragam sumber, Turus Lumbung ini berfungsi untuk melindungi serta menghidupi pemuja atau pemiliknya.

Merajan merupakan tempat suci yang ada di masing-masing umat Hindu dengan tujuan untuk memuja Tuhan, Dewa-Dewi dan juga Leluhur.

Baca Juga:  Tilem Kedasa, Apa itu Tilem Rainan Sakral nan Keramat

Dalam Lontar Ithi Prakerthi juga disebutkan tentang konsep merajan sebagai berikut:

Tri Lingga

Yakni 3 palinggih yang terdiri dari Kamulan, Taksi dan Tugu. Lalu yang menyungsung adalah satu rumah tangga.

Panca Lingga

Terdiri dari 5 palinggih yakni Kamulan, Taksi, Tugu, Pelik Sari dan Gedong. Kemudian yang nyungsung adalah rumah tanggah satu purusha.

Sapta Lingga

Yakni 7 palinggih yang meliputi Kemulan, Taksu, Tugu, Pelik Sari, Gedong, Catu dan Manjangan Salwang. Sedangkan yang menyungsung adalah beberapa Panti dan Paibon.

Eka Dasa Papeking Dewata

Yakni terdiri dari 11 palinggih di antaranya Kamulan, Taksu, Tugu, Pelik Sari, Gedong, Catu, Manjangan Salwang, Pasarem, Limas Sari, Lirah, Padma. Kemudian yang menyungsung adalah pemilik Dadya, Panti dan juga Paibon.

Sanggah Pakamulan

Dalam satu rumah tangga, sanggah dikenal dengan sebutan Sanggah pakemulan yang terdiri dari 3 jenis palinggih pokok sebagai berikut:

Baca Juga:  Melukat & Pratiti, Nikmati Pengalaman Spiritual Wellness di The Meru Sanur

Sanggah Kamulan yakni tempat berstana Tri Murti, Brahma, Wisnu, Siwa dan juga sebagai tempat berstana leluhur, bapa, meme, manunggal.

Taksu merupakan tempat untuk memohon peningkatan kualitas diri.

Tugu atau Panununggun Karang yakni tempat berstana Ida Bhatara Dukuh Sakit atau Ida Bhatara Amangku Bhumi.

 

***

0 Reviews

Write a Review

ikuti kami di Google News

0 Reviews

Write a Review

Baca Juga:

error: Content is protected !!