Penunggun Karang: Benteng Spiritual Masyarakat Hindu Bali

ilustrasi Penunggun Karang/KasKus/ kabarportal
DENPASAR, KABARPORTAL.COM - Di setiap pekarangan rumah umat Hindu Bali, berdiri sebuah tugu sederhana namun sarat makna: Penunggun Karang. Tugu ini bukan sekadar bangunan fisik, melainkan simbol perlindungan spiritual yang menjaga harmoni antara alam nyata (sekala) dan alam gaib (niskala).
Bagi masyarakat Bali, Penunggun Karang adalah penjaga pekarangan, pelindung penghuni rumah dari ancaman fisik maupun mistis. Apa sebenarnya Penunggun Karang, bagaimana asal-usulnya, dan mengapa keberadaannya begitu penting? Mari kita telusuri kisahnya.
Makna Penunggun Karang dalam Kehidupan Hindu Bali
Dalam tradisi Hindu Bali, setiap bangunan suci atau pelinggih memiliki fungsi khusus sebagai tempat bersemayamnya dewa-dewi atau roh suci leluhur. Penunggun Karang, atau sering disebut Palinggih Pangijeng, adalah salah satu pelinggih yang disucikan di pekarangan rumah. Tugu ini dipercaya sebagai stana Hyang Bahurekso, penguasa alam niskala yang melindungi rumah dan penghuninya. Dalam kepercayaan Hindu Bali, Penunggun Karang menjaga keseimbangan, memberikan ketentraman, dan melindungi dari gangguan seperti ilmu hitam atau niat jahat.
Nama "Penunggun Karang" sendiri berasal dari kata "tugu" (berpengetahuan) dan "karang" (pekarangan atau tubuh). Secara filosofis, tugu ini melambangkan kesadaran akan tubuh dan lingkungan, yang menjadi kunci kesejahteraan baik secara nyata maupun gaib. Penunggun Karang juga dikaitkan dengan konsep Kanda Pat, yaitu empat saudara spiritual yang menyertai setiap individu, termasuk Prajapati (ari-ari) yang bersemayam di tugu ini.
Asal-Usul dan Simbolisme Spiritual
Menurut lontar-lontar Bali, seperti Lontar Sudhamala dan Lontar Sapuh Leger, Penunggun Karang memiliki akar mitologi yang kuat. Dalam Lontar Sudhamala, disebutkan bahwa Ida Sang Hyang Widhi Wasa menjelma dalam dua wujud: Sang Hyang Titah (Bhatara Siwa) yang menguasai alam mistis, dan Sang Hyang Wenang yang mengasuh dunia nyata sebagai Malen. Sang Hyang Wenang bersemayam di Penunggun Karang, yang terletak di arah "teben" (barat laut) pekarangan rumah, berlawanan dengan Sanggah Pemerajan di arah "hulu."
Sumber lain menyebutkan Penunggun Karang sebagai stana Ratu Made Jelawung, yang setelah mendapat anugerah dari Dewa Sangkara menjadi Bhatara Dukuh Sakti. Beliau bertugas sebagai Dewa Wates, pelindung pekarangan dan penerang bagi Bhuana Agung (alam semesta) maupun Bhuana Alit (tubuh manusia). Ada pula yang mengaitkan tugu ini dengan Dewi Durga dalam wujud Sang Hyang Cili Manikmaya atau Bhatara Kala, yang dikenal sebagai Sang Kala Raksa, pemimpin pasukan pelindung spiritual.
ikuti kami di Google News


