swipe up
[modern_search_box]

Apa itu Turus Lumbung: Simbol Spiritual dan Adaptasi Budaya Bali

 Apa itu Turus Lumbung: Simbol Spiritual dan Adaptasi Budaya Bali

Apa itu Turus Lumbung: Simbol Spiritual dan Adaptasi Budaya Bali/m-tsyganov.livejournal.com/kabarportal

DENPASAR, KABARPORTAL.COM - Sebelum dibuat sanggah, Turus Lumbung sebagai wujud sederhana namun penuh makna dari sanggah kamulan darurat. Bangunan ini menjadi solusi bagi keluarga baru di Bali yang belum mampu mendirikan sanggah permanen.

Terbuat dari tiang kayu dapdap dan anyaman bambu, turus lumbung bukan sekadar struktur fisik, melainkan cerminan kearifan lokal dalam menjaga spiritualitas dan identitas budaya.

Asal-Usul Turus Lumbung dalam Sejarah Bali

Sanggah ini lahir dari dinamika sejarah masyarakat Bali, khususnya saat pertumbuhan penduduk mendorong perpindahan ke wilayah baru. Catatan Prasasti Sembiran A IV tahun 1016 Masehi menyebutkan bagaimana warga Bali berpencar, termasuk ke daerah seperti Tejakula di Buleleng, Bali Utara.

Di tengah keterbatasan, mereka mendirikan tempat suci sementara menggunakan turus kayu dapdap sebagai tiang utama dan bambu sebagai ruangan sederhana. Inilah cikal bakal turus lumbung, sebuah bangunan darurat yang menjawab kebutuhan spiritual di tengah keterbatasan material.

Konstruksi Sederhana dengan Makna Mendalam

promo pembuatan website bulan ini

Secara fisik, terlihat sederhana. Tiang utamanya terbuat dari kayu dapdap, sebuah material yang mudah ditemukan, sementara ruangannya dibuat dari anyaman bambu untuk meletakkan sesajen.



Namun, di balik kesederhanaannya, turus lumbung menyimpan makna filosofis yang kaya. Kayu dapdap melambangkan perlindungan, bagaikan perisai bagi keluarga yang memujanya. Sementara itu, lumbung—tempat menyimpan padi—mengandung simbol penghidupan, mencerminkan harapan akan kesejahteraan dan kelangsungan hidup.

Fungsi dan Transisi ke Sanggah Kamulan Permanen

Turus lumbung berfungsi sebagai tempat pemujaan sementara bagi Hyang Kamulan atau Hyang Kawitan, leluhur yang dihormati dalam tradisi Bali. Bangunan ini biasanya didirikan oleh keluarga baru yang baru membuka karang atau rumah baru, sebagai pengganti sanggah kamulan permanen.

Dalam kurun waktu sekitar satu tahun, ketika keluarga telah lebih mapan, turus lumbung digantikan oleh sanggah kamulan permanen. Struktur permanen ini menjadi cikal bakal bangunan palinggih, yang dikenal sebagai inti spiritual dalam arsitektur Bali.

Simbol Ketahanan Budaya Bali

Turus lumbung bukan hanya soal fungsi praktis, tetapi juga simbol ketahanan dan adaptasi budaya Bali. Di tengah perubahan zaman dan tantangan ekonomi, masyarakat Bali mampu menciptakan solusi kreatif tanpa mengorbankan nilai spiritual. Bangunan ini menunjukkan bagaimana tradisi arsitektur Bali tetap relevan, beradaptasi dengan dinamika sosial, namun tetap mempertahankan akar budaya yang kuat.

1 dari 2 halaman

ikuti kami di Google News



Tim Kabarportal

Baca Juga: