Mengenal Klakat: Simbol Spiritual dalam Upacara Hindu Bali

salah satu jenis kelakat yang selalu ada hampir ditiap banten/ kabarportal
DENPASAR, KABARPORTAL.COM – Di tengah kekayaan tradisi Hindu di Bali, ada satu elemen yang mencuri perhatian karena maknanya yang mendalam: Klakat. Anyaman bambu berbentuk segi empat ini bukan sekadar kerajinan tangan, melainkan simbol spiritual yang menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai upacara keagamaan di Pulau Dewata.
Dalam artikel ini, kita akan menyelami jenis, fungsi, dan makna Klakat yang membuatnya begitu istimewa dalam budaya Bali.
Klakat: Lebih dari Sekadar Anyaman Bambu
Klakat bukanlah benda biasa. Di balik anyaman bambunya, tersimpan filosofi mendalam yang mencerminkan keseimbangan alam dan hubungan manusia dengan Sang Hyang Widi Wasa.
Dalam wawancara eksklusif dengan seorang pinandita Bali, Jro Mangku Wayan Satra, terungkap bahwa Klakat memiliki peran penting dalam ritual Hindu.
“Klakat adalah simbol spiritual yang menghubungkan manusia dengan alam semesta. Setiap jenisnya punya makna dan fungsi khusus dalam upacara,” jelas Mangku Satra dalam sebuah wawancara.
Dibuat dari bambu suci dan bahan baru, Klakat hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran, disesuaikan dengan jenis upacara seperti Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, atau Bhuta Yadnya. Dua jenis Klakat yang paling dikenal adalah Klakat Pancak dan Klakat Sudhamala, masing-masing dengan simbolisme unik yang memperkaya tradisi Hindu Bali.
Klakat Pancak: Simbol Lima Unsur Kehidupan
Salah satu jenis Klakat yang sering digunakan adalah Klakat Pancak. Nama “Pancak” merujuk pada kata Panca, yang berarti lima dalam bahasa Bali. Klakat ini memiliki 25 lubang dengan pola 5×5, melambangkan Panca Mahabutha—lima elemen dasar penyusun alam semesta: tanah, air, api, udara, dan ether.
“Klakat Pancak sering jadi alas untuk upakara Caru atau komponen Sanggah Cucuk. Pola lubangnya mencerminkan harmoni alam,” tambah Mangku Satra.
Dengan simbolisme yang kuat, Klakat Pancak menjadi elemen penting dalam upacara yang bertujuan menyeimbangkan energi alam dan manusia. Penggunaannya dalam ritual menunjukkan penghormatan mendalam terhadap kekuatan alam semesta.
Klakat Sudhamala: Dualitas Maskulin dan Feminin
Selain Klakat Pancak, ada pula Klakat Sudhamala yang tak kalah menarik. Klakat ini terbagi menjadi dua jenis: Lanang (laki-laki) dan Wadon (perempuan), mencerminkan konsep Purusha dan Prakerti—dualitas maskulin dan feminin dalam filsafat Hindu.
- Klakat Sudhamala Lanang: Ditandai dengan simbol silang di tengahnya yang melambangkan Swastika dan empat kesaktian Sang Hyang Widi, yaitu Wibhu Sakti, Sadu Sakti, Jnana Sakti, dan Krya Sakti. Klakat ini mewakili kekuatan maskulin.
- Klakat Sudhamala Wadon: Memiliki lubang dengan tepian delapan sudut, melambangkan Asta Aiswarya atau delapan kemahamuliaan Sang Hyang Widi. Klakat ini mencerminkan energi feminin.
Klakat Sudhamala sering digunakan dalam Upacara Dewa-Dewi atau Nyekah Neseng, menambah dimensi spiritual pada ritual tersebut. Kehadirannya menegaskan keseimbangan antara dua aspek kehidupan yang saling melengkapi.
Makna Klakat dalam Budaya Bali
Klakat bukan sekadar alat ritual, melainkan cerminan warisan budaya Bali yang kaya. Setiap helai bambu yang dianyam membawa pesan tentang harmoni, kesucian, dan penghormatan terhadap alam. Menurut Mangku Satra, proses pembuatan Klakat harus dilakukan dengan hati-hati, menggunakan bahan yang suci dan baru agar sesuai dengan ajaran agama Hindu.
“Klakat adalah wujud nyata dari hubungan kita dengan alam dan Tuhan. Mereka mengajarkan kita untuk hidup selaras dengan lingkungan,” ungkapnya.
Dengan kehadirannya dalam berbagai upacara, Klakat tidak hanya memperkaya praktik keagamaan, tetapi juga menjadi jembatan antara tradisi leluhur dan generasi masa kini. Bagi masyarakat Bali, Klakat adalah pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan spiritual dan budaya.
Fakta Menarik tentang Klakat
Untuk menambah wawasan, berikut beberapa fakta menarik tentang Klakat yang wajib kamu tahu:
- Bahan Baku Suci: Klakat hanya boleh dibuat dari bambu baru dan suci, mencerminkan kesakralan ritual Hindu.
- Simbol Dualitas: Klakat Sudhamala Lanang dan Wadon melambangkan keseimbangan antara kekuatan maskulin dan feminin.
- Penghormatan kepada Alam: Penggunaan Klakat dalam upacara adalah bentuk penghormatan kepada alam semesta dan Sang Hyang Widi Wasa.
- Fleksibilitas Fungsi: Klakat hadir dalam berbagai bentuk, dari alas upakara hingga komponen penting dalam ritual seperti Sanggah Cucuk.
Menjaga Warisan Budaya Bali
Klakat adalah bukti betapa dalamnya tradisi Hindu di Bali. Dari Klakat Pancak yang melambangkan lima unsur kehidupan hingga Klakat Sudhamala yang mencerminkan dualitas alam, setiap jenis Klakat membawa cerita dan makna yang memperkaya budaya Bali. Bagi wisatawan atau pecinta budaya, memahami Klakat adalah cara untuk lebih dekat dengan jiwa Pulau Dewata.
Dengan terus melestarikan tradisi ini, masyarakat Bali tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga mengajarkan dunia tentang pentingnya harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.
Jadi, saat kamu melihat Klakat dalam sebuah upacara di Bali, ingatlah: itu bukan sekadar anyaman bambu, melainkan simbol spiritual yang penuh makna.
***