Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Saka Bali: Warisan Budaya Hindu yang Unik

ilustrasi kalender Bali/ kabarportal
DENPASAR, KABARPORTAL.COM – Kalender Saka Bali menjadi salah satu pilar budaya masyarakat Hindu di Pulau Dewata. Berbeda dengan kalender Masehi yang umum digunakan, kalender ini memiliki sistem penanggalan yang kaya akan makna filosofis dan spiritual.
Kalender Saka Bali tidak hanya digunakan untuk menentukan hari-hari penting dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga untuk menghitung neptu, yaitu angka-angka khusus yang dihasilkan dari kombinasi pancawara, saptawara, bulan, dan tahun.
Dalam artikel ini, kita akan menyelami nama-nama bulan dalam Kalender Saka Bali, jenis perhitungan bulan, serta keunikan yang membuatnya begitu istimewa.
Nama Bulan dalam Kalender Saka Bali: Pesona Istilah Sasih
Dalam tradisi Bali, bulan dikenal dengan istilah sasih, sebuah kata yang mencerminkan kearifan lokal dalam penamaan waktu. Kalender Saka Bali memiliki 12 sasih yang masing-masing memiliki nama unik, berbeda jauh dari nama-nama bulan dalam kalender Masehi. Berikut adalah daftar 12 sasih dalam Kalender Saka Bali:
- Kasa (pertama)
- Karo (kedua)
- Katelu (ketiga)
- Kapat (keempat)
- Kalima (kelima)
- Kanem (keenam)
- Kepitu (ketujuh)
- Kewulu (kedelapan)
- Kasanga (kesembilan)
- Kedasa (kesepuluh)
- Desta (Jyesta)
- Kesada (Asadha)
Nama-nama ini tidak hanya sekadar penanda waktu, tetapi juga mencerminkan hubungan mendalam antara manusia, alam, dan kosmos dalam filosofi Hindu Bali. Penggunaan istilah-istilah ini dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat menentukan hari baik untuk upacara, menunjukkan betapa eratnya kaitan budaya Bali dengan tradisi leluhur.
Sistem Perhitungan Bulan: Harmoni antara Candra, Surya, dan Wuku
Kalender Saka Bali memiliki tiga jenis sasih yang menjadi dasar perhitungan waktu: sasih candra, sasih surya, dan sasih wuku. Ketiganya memiliki karakteristik yang berbeda, menciptakan sistem penanggalan yang kompleks namun harmonis.
1. Sasih Candra: Siklus Bulan yang Penuh Makna
Sasih candra berbasis pada pergerakan bulan dan terdiri dari 30 hari. Periode ini dibagi menjadi dua fase utama:
- Penanggal atau suklapaksa (15 hari menuju purnama atau bulan purnama), ditandai dengan warna merah dalam kalender.
- Panglong atau kresnakapsa (15 hari menuju tilem atau bulan baru), ditandai dengan warna hitam.
Setiap tanggal dalam sasih candra memiliki urutan yang disebut titi, mulai dari angka 1 (bulan baru) hingga 30 (bulan mati). Angka 1 hingga 15 berwarna merah mewakili penanggal, sementara angka 16 hingga 30 berwarna hitam mewakili panglong. Sistem ini memberikan kejelasan visual yang memudahkan masyarakat Bali dalam merencanakan aktivitas keagamaan dan budaya.
2. Sasih Surya: Penyelarasan dengan Matahari
Berbeda dengan sasih candra, sasih surya berbasis pada pergerakan matahari. Karena panjang sasih surya tidak sama dengan sasih candra, sering kali muncul bulan kabisat untuk menyelaraskan keduanya. Bulan kabisat ini memastikan bahwa kalender tetap selaras dengan siklus alam, menjaga keseimbangan antara waktu dan musim.
3. Sasih Wuku: Siklus Tujuh Hari yang Unik
Sasih wuku terdiri dari 7 hari dan membentuk 30 siklus wuku dalam setahun. Nama-nama wuku ini sangat khas dan mencerminkan kekayaan mitologi Bali, seperti Sinta, Landep, Ukir, Kulantir, hingga Watugunung. Setiap wuku memiliki makna dan pengaruhnya sendiri dalam penentuan hari baik atau buruk untuk berbagai aktivitas, mulai dari upacara hingga kegiatan sehari-hari.
Keunikan Kalender Saka Bali: Lebih dari Sekadar Penanggalan
Kalender Saka Bali bukan hanya alat untuk menghitung waktu, tetapi juga cerminan kearifan lokal dan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan spiritualitas. Penggunaan warna merah dan hitam untuk membedakan penanggal dan panglong, serta nama-nama sasih yang kental dengan nuansa budaya, menjadikan kalender ini unik dan tak tergantikan. Selain itu, keberadaan wuku dan perhitungan neptu menambah kedalaman makna, menjadikannya panduan hidup bagi masyarakat Hindu Bali.
Bagi wisatawan atau mereka yang tertarik dengan budaya Bali, memahami Kalender Saka Bali adalah cara untuk lebih mendalami kekayaan tradisi Pulau Dewata. Dari penentuan hari raya seperti Nyepi hingga upacara keagamaan kecil, kalender ini terus hidup dan relevan dalam kehidupan modern.
***