Mengenal Penyakit Bebahi dalam Masyarakat Hindu di Bali, Ciri Berdasarkan Motif

ilustrasi baring dan rangda/ Kabarportal
DENPASAR, KABARPORTAL.COM – Selain cetik, ada istilah bebahi yang beredar dalam masyarakat Hindu khususnya di Bali. Penyakit non-medis ini biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki dendam dengan tujuan menyakiti. Banyak motif yang mendasari orang bisa membuat bebahi namun lebih sering biasanya disebabkan oleh rasa iri hati dan dendam.
Dalam kamus Bahasa Bali, babahi merupakan roh jahat yang menyebabkan penyakit. Tak main-main, penyakit yang ditimbulkan bisa membuat yang terkena menjadi gila dan tak sadarkan diri.
Mereka yang terkena bebahi tidak merasakan secara langsung dalam arti real time, melainkan secara perlahan. Penyakit yang sudah ada dalam tubuhnya itu akan memberikan respon negatif yang menimbulkan penderita menjadi ketakutan yang berlebihan.
Penyakit babahi ini tidak mengenal usia, ia bisa menyerang siapapun dan dalam kondisi apapun. Biasanya, babahi ini lebih cepat menyerang remaja dengan kondisi haid, remaja akil balik, orang yang suka melamun, manja hingga pasangan yang tengah menjalani proses termasuk orang yang mengalami depresi.
Mereka yang memasang bebahi ini juga bisa mendapatkan melalui beragam sumber seperti membeli atau melakukannya sendiri. Biasnaya, untuk bisa memasang babhi akan dilakukan oleh orang terdekat dan memang memiliki dendam melalui media perantara.
Bebahi ini dipasang pada lebuh atau pekarangan calon korban dan tak jarang juga bebahi dikirim selayaknya guna-guna menggunakan mantra tertentu.
Sejatinya, bebahi dan bebainan merupakan 2 hal berbeda dimana bebainan sebuah kondisi seseorang yang sakit diakibatkan oleh beberapa faktor yang telah disebutkan dalam Lontar Sesapa Babahi.
Sedangkan Bebahi merupakan sebuah kondisi seseorang yang sakit disebabkan oleh faktor atau pengaruh niskala atau non-medis. Orang yang terkena penyakit ini awalnya akan mengira terkena penyakit medis dan ini akan terus mengalami hilang dan kambuh lagi.
Hingga akhirnya si korban menjadi putus asa lalu frustasi karena penyakit tersebut tidak kunjung sembuh. Ciri yang paling sering disebutkan jika seseorang terkena bebahi adalah tingkat emosional yang tinggi dan terkadang tidak akan percaya dengan non-medis.
Kemudian ketika menjelang Kajeng Kliwon si korban merasa semakin tidak nyaman dan semakin sulit untuk mengendalikan diri. Berdasarkan Lontar Babahi, setidaknya ada 30 jenis Babahi yang telah disebutkan seperti Jaya Satru, Belog hingga Bongol, sehingga untuk mengobatinya.
bebahi sendiri memiliki Mas Rajeg Bumi yakni sejenis pasukan yang sebelumnya telah disebutkan yakni 30 jenis. Bebahi ini juga biasanya berada di titik tubuh tertentu semisal pada leher, pangkal lidah hingga persendian.
Bebahi ini juga oleh masyarakat Hindu di Bali disebut dengan sakit, Diketahui pula, sakit ini akan berpindah posisi yang menyebabkan sulitnya untuk mengobat. Korban biasnaya tidak cukup mengobati sekali, diperlukan beberapa waktu hingga bebahi ini benar-benar hilang.
Tergantung pula proses pengobatan dan permintaan dari bebahi tersebut. Bebahi ini sendiri terkadang bisa mengelabui ketika proses pengobatan, peran “balian” yang mengobati juga penting. Tidak hanya mengarah pada satu orang, penyakit bebahi bisa digunakan untuk menghancurkan hubungan keluarga yang awalnya kondusif bisa jadi berantakan.
Itulah ulasan singkat tentang penyakit bebahi yang ada di masyarakat Hindu Bali sebagaimana dirangkum dari beragam sumber. Tentunya ini merupakan sebuah kepercayaan yang harus disikapi dengan bijak. ***
0 Reviews
ikuti kami di Google News