Mengenal Tentang Banten, Segehan dan Jenis-jenis Banten di Bali

Banten
Mengenal banten, kelengkapan, fungsi dan juga kegunaannya. Bagi masyarakat Bali khususnya atau siapapun umumnya yang ingin mengetahui perlu membaca hingga selesai. SegehanBiasanya segehan dihaturkan di bawah dan dipersembahkan kepada Bhuta Kala.[the_ad_placement id="before-content-placement"]Segehan selalu ada ditiap upacara tertentu yang gunanya sebagai labaan untuk para Bhuta Kala agar tidak mengganggu.[irp]Dalam buku yang berjudul Caru dalam Upacara karya Prof. Dr. I Gusti Ngurah Sudiana disebutkan ada 3 jenis segehan sebagai berikut. 1. Segehan Kepel Segehan kepel ini menggunakan alas daun pisang. Kemudian di atasnya diisi dua kepel nasi putih, ikannya bawang, jae, dan garam.[the_ad_placement id="content-placement-after-3rd-paragraph"]Di atasnya dilengkapi dengan sebuah canang genten atau canang biasa.[irp]Mengenai jumlah nasinya dapat dirubah-rubah, demikian pula warnanya sesuai dengan kepentingan atau kehendak seseorang, misalnya berwarna putih dan kuning berwama merah, hitam dan putih dan sebagainya. Segehan ini penggunaannya dapat dipilih untuk melaksanakan Bhuta-yadnya yang kecil atau sederhana, seperti upacara waktu Keliwon, Purnama, Tilem, Piodalan Betara Saraswati, Pagerwesi, Rerahinan alit (ngebulan) di sanggah atau di pura, sehabis otonan dan sebagainya. Untuk upacara Dewa Yadnya banten ini dihaturkan di halaman sanggah ditujukan kehadapan Sang Bhuta Bucari, di halaman rumah, ditujukan kehadapan Sang Kala Budari dan dijaba (di jalan) kepada Sang Durga Bucari.[irp]2. Segehan Cacahan[the_ad_placement id="before-content-placement"]Segehan cacahan menggunakan alas sebuah taledan atau tangkih. Di atasnya diisi 6 atau 7 buah tangkih yaitu lima buah diisi nasi putih yang satu lagi diisi bija ratus (5 jenis biji-bijian seperti: jagung, jagung nasi, jawa, godem dan jali), sedangkan tangkih yang sebuah lagi diisi beras sedikit, base tampel, benang putih dan uang.[irp]Bila mengambil 6 buah tangkih maka bijaratus dan lain-lainnya itu dijadikan satu tangkih. Sebagai lauk-pauknya adalah bawang, jae dan garam, kemudian dilengkapi dengan sebuah canang-genten atau biasa. Seperti pada Segehan kepel, maka nasi dari segehan ini dapat pula diwarnai sesuai dengan kepentingannya. Kegunaannya juga hampir sama dengan Segehan Kepel.[irp]3. Segehan Agung[the_ad_placement id="before-content-placement"]Segehan agung menggunakan alas yang agak besar, di Bali biasanya dipalai sebuah nyiru atau tempeh. Di atasnya diisi 11 atau 33 buah tangkih, masing-masing diisi nasi, lauk-pauk dengan bawang, jae dan garam, kemudian dilengkapi dengan sebuah daksina atau alat perlengkapan daksina itu ditaruh begitu saja pada tempat tersebut, tidak dialasi dengan bakul, dan kelapanya dikupas sampai bersih.[irp]Sesegehan ini dilengkapi dengan sebuah canang payasan dan 11 atau 33 buah canang genten atau biasa ditambah dengan jinah sandangan. Sedangkan untuk menghaturkan segehan ini disertai dengan penyambleh ayam kecil atau itik atau babi yang belum dikebiri (kucit butuan) yang masih hidup.[irp]Penggunaan penyambleh itu disesuaikan dengan kepentingannya dan tampatnya. Waktu menghaturkan, segala perlengkapan yang ada pada daksina itu dikeluarkan, sedangkan telur dan kelapanya dipecahkan diikuti dengan pemotongan penyamblehan dan akhirnya tetabuhan. Segehan ini dipergunakan dalam upacara-upacara yang agak besar, dan kadang-kadang mempunyai sifat yang khusus seperti piodalan di pura, menurunkan atau memendak Ida Betara, pengukuran tempat untuk suatu bangunan lebih-lebih bangunan suci, pembongkaran atau peletakan batu pertama, untuk suatu bangunan suci dan selalu menyertai upakara Bhuta-yadnya yang lebih besar.***
1 dari 1 halaman
ikuti kami di Google News