swipe up
[modern_search_box]

Panduan Lengkap Membangun Rumah Bali: Proses Nyukat dan Nyakap Karang

 Panduan Lengkap Membangun Rumah Bali: Proses Nyukat dan Nyakap Karang

ilustrasi

DENPASAR, BALIKONTEN.COM - Dalam tradisi Bali, membangun rumah bukan sekadar urusan konstruksi, melainkan ritual yang sarat makna untuk harmoni antara manusia, alam, dan spiritual. Setelah memilih tanah pekarangan yang ideal untuk membangun rumah di Bali, tahap selanjutnya adalah "nyukat palemahan karang paumahan". Proses ini dimulai dari titik pojok timur laut (ersania) sebagai acuan awal pengukuran karang.

Dasar Pengukuran dalam Tradisi Bali

Pengukuran rumah Bali mengikuti pedoman Asta Kosala-Kosali dan Asta Bumi, yang menekankan keselarasan dengan bentuk siku-siku. Tata upacara ini merujuk pada lontar Ida Hyang Wiswakarma, dewa pelindung para undagi atau arsitek tradisional. Konsep ini selaras dengan Tri Hita Karana, yang membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi penghuninya. Selain itu, prinsip Tri Mandala, Tri Angga, Luan Teben, Tri Loka, dan elemen serupa menjadi fondasi utama.

Asta Kosala-Kosali sendiri adalah sistem penataan lahan untuk hunian dan bangunan suci, berbasis anatomi tubuh pemilik tanah. Pengukuran tidak menggunakan meteran modern, melainkan ukuran tubuh seperti musti (kepalan tangan dengan ibu jari ke atas), hasta (sejengkal dari pergelangan ke ujung jari tengah), dan depa (rentangan kedua tangan dari kiri ke kanan).

Persiapan Sebelum Membangun

Proses dimulai dengan nyukat (mengukur) pekarangan, merajan (tempat suci), serta pembuatan kori (pintu gerbang). Sebelumnya, dilakukan nyakap karang, yaitu menentukan posisi rumah sesuai kaidah sastra Bali.

promo pembuatan website bulan ini



Upacara pendahuluan melibatkan serangkaian persembahan. Misalnya, menghaturkan caru eka sata dengan ayam brumbun yang diolah menjadi 33 tanding. Pengukuran nyukat dimulai dari timur laut, searah jarum jam, sambil menancapkan patok dengan banten pemali di setiap titik.

Patok dibuat dari bambu atau carang dadap yang diberi sasap (satsat), lalu dihiasi rerajahan aksara Ang dan Ah. Panjangnya satu depa pemilik rumah, atau variasi seperti adepa alit (adepa magemelan) ditambah satu hasta musti, maupun adepa agung (adepa ngerebang jeriji) dengan tambahan serupa.

Upacara nyukat untuk pekarangan, merajan, bangunan, dan pintu masuk mencakup banten piuning atau pakeling. Jika tanah sebelumnya adalah sawah (carik), matur piuning ditujukan ke Ida Bhatara Ulun Suwi. Untuk tanah kebun, ditujukan ke Ida Bhatara Kahyangan Tiga dan Ida Batara Pengulun Tegal. Banten yang digunakan meliputi peras daksina, ajuman, canang, serta segehan manca warna.

1 dari 3 halaman
Catatan: Artikel ini dirangkum dari beragam sumber untuk informasi detail disarankan konsultasi langsung dengan mereka yang memahaminya seperti sulinggih.

ikuti kami di Google News



Penulis: Putu Sejiwa

Editor: Tim Kabarpotal

Baca Juga: