swipe up
[modern_search_box]

Menyimak Purnama Kapat Berdasarkan Weda dan Lontar

 Menyimak Purnama Kapat Berdasarkan Weda dan Lontar

Ilustrasi banten Tumpek Landep/ kabarportal

DENPASAR, KABARPORTAL.COM - Purnama Kapat, atau dikenal sebagai Kartika Masa, menandai perayaan bulan purnama pada sasih kapat, bulan keempat dalam penanggalan Bali.

Saat ini, alam seolah turut merayakan dengan mekarnya bunga-bunga yang menghiasi pulau dewata, menciptakan suasana yang penuh pesona dan makna spiritual.

Makna Purnama Kapat dalam Tradisi Bali

Purnama, yang jatuh pada saat bulan penuh atau sukla paksa, memiliki tempat istimewa dalam tradisi Bali. Menurut lontar Sundarigama, Purnama adalah waktu ketika Sang Hyang Candra, manifestasi dewa bulan, beryoga. Dalam teks kuno tersebut dijelaskan bahwa Purnama dan Tilem merupakan momen penyucian diri bagi Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu pasangan dewa matahari dan bulan. Saat Purnama, Sang Hyang Wulan (Candra) menjadi pusat pemujaan, sementara pada Tilem, Sang Hyang Surya yang dihormati.

“Mwah hana pareresiknira Sang Hyang Rwa Bhineda, makadi Sang Hyang Surya Candra, yatika nengken Purnama mwang tilem, ring Purnama sang hyang ulan mayoga, yan ring Tilem Sang Hyang Surya mayoga.”

promo pembuatan website bulan ini

Artinya, Purnama adalah waktu untuk menyucikan diri secara lahir dan batin, menghubungkan umat dengan energi spiritual bulan penuh. Upacara ini menjadi wujud penghormatan sekaligus momen refleksi untuk mendekatkan diri pada keharmonisan alam dan Tuhan.



Pelaksanaan Upacara Purnama Kapat

Pada hari Purnama Kapat, umat Hindu Bali melaksanakan upacara penyucian diri dengan penuh khidmat. Ritual ini melibatkan persembahan sesajen seperti canang wangi-wangi dan canang yasa yang dipersembahkan kepada para dewa. Pemujaan dilakukan di sanggah (merajan) atau tempat suci keluarga, serta di parahyangan atau pura setempat. Setelah itu, umat memohon tirta atau air suci sebagai simbol pembersihan spiritual.

Lontar Sundarigama menyebutkan:

“Samana ika sang purohita, tkeng janma pada sakawanganya, wnang mahening ajnana, aturakna wangi-wangi, canang nyasa maring sarwa dewa, pamalakunya, ring sanggat parhyangan, laju matirta gocara, puspa wangi.”

Prosesi ini mencerminkan keseimbangan antara penghormatan kepada dewa dan penyucian diri, yang menjadi inti dari perayaan Purnama Kapat.



Dana Punia: Semangat Berbagi di Hari Purnama

Selain sebagai momen penyucian, Purnama Kapat juga dianggap sebagai waktu yang tepat untuk melaksanakan dana punia atau sedekah. Dalam teks Sarasamuscaya (170) dijelaskan bahwa sedekah adalah wujud kebajikan yang bebas dari sifat iri hati.

1 dari 2 halaman

ikuti kami di Google News

Tim Kabarportal

Baca Juga: