Suka Kuliner Bali? Sate Lilit Jadi Pilihan yang Menggoda Selera

Sate Lilit menjadi salah satu kuliner yang wajib dicoba ketika berada di Denpasar/ kabarportal
DENPASAR, KABARPORTAL.COM - Bali, pulau yang dikenal sebagai surga wisata dengan pantai indah dan budaya yang kaya, juga menawarkan pesona kuliner yang tak kalah memikat. Salah satu hidangan tradisional yang wajib dicoba adalah sate lilit, kuliner khas Bali yang punya cerita, cita rasa, dan keunikan tersendiri.
Berbeda dari sate pada umumnya, sate lilit tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga membawa makna budaya yang mendalam. Yuk, kita telusuri lebih jauh tentang sate lilit, dari sejarah, cara pembuatan, hingga makna filosofisnya!
Apa Itu Sate Lilit?
Sate lilit adalah hidangan tradisional Bali yang terbuat dari daging cincang yang dibumbui dengan rempah-rempah khas, kemudian dililitkan pada tusuk sate yang biasanya terbuat dari batang serai, bambu lebar, atau tebu.
Kata “lilit” sendiri berasal dari bahasa Bali yang berarti “membungkus” atau “melilit,” mengacu pada teknik pembuatannya yang unik, di mana adonan daging dililitkan erat pada tusuk sebelum dibakar di atas arang.
Berbeda dengan sate pada umumnya yang menggunakan potongan daging, sate lilit terbuat dari adonan daging yang dihaluskan, dicampur dengan kelapa parut, santan, dan bumbu rempah seperti kunyit, serai, daun jeruk, bawang merah, bawang putih, dan cabai. Hasilnya adalah sate dengan tekstur lembut, aroma harum, serta perpaduan rasa gurih, pedas, dan sedikit manis yang khas.
Sejarah dan Asal-Usul Sate Lilit
Sate lilit memiliki akar budaya yang kuat di Bali, khususnya di daerah Klungkung, tempat hidangan ini pertama kali dikenal. Awalnya, sate lilit disajikan sebagai bagian dari upacara keagamaan atau sesaji dalam ritual adat, seperti Galungan, yang merupakan hari kemenangan dharma melawan adharma dalam tradisi Hindu Bali. Dalam konteks ini, sate lilit bahkan memiliki makna simbolis sebagai representasi senjata Dewa Brahma, yaitu gada, yang melambangkan kekuatan untuk melawan kejahatan.
Seiring waktu, sate lilit menyebar ke berbagai daerah di Bali, seperti Denpasar, Gianyar, dan Badung, dan kini menjadi salah satu ikon kuliner Bali yang populer di kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara.
Dulu, sate lilit hanya dibuat dari daging babi atau ikan laut, mengingat mayoritas masyarakat Bali beragama Hindu yang menganggap sapi sebagai hewan suci.
ikuti kami di Google News

