Sejarah dan Makna Pelinggih Kemulan dalam Tradisi Hindu Bali

 Sejarah dan Makna Pelinggih Kemulan dalam Tradisi Hindu Bali

Ilustrasi Sanggah Kemulan/ perwakilan.baliprov.go.id/ kabarportal

DENPASAR, KABARPORTAL.COM Pelinggih Kemulan, yang juga dikenal sebagai Pelinggih Rong Telu, merupakan salah satu bangunan suci yang hampir selalu hadir di setiap rumah umat Hindu Bali. Keberadaannya bukan sekadar tempat pemujaan leluhur, tetapi juga memiliki fungsi spiritual yang lebih luas dalam konsep kepercayaan Hindu.

Asal Usul Pelinggih Kemulan

Menurut Ida Pedanda Gede Wayahan Wanasari dari Geria Wanasari Sanur, jejak sejarah Pelinggih Kemulan erat kaitannya dengan Pelinggih Rong Tunggal. Dalam Prasasti Sembiran A IV yang berasal dari abad ke-11, disebutkan bahwa pada awalnya, bangunan suci ini dibuat dari kayu dan bambu dengan bentuk sederhana, hanya memiliki satu ruang atau disebut sebagai Rong Tunggal. Ruang ini digunakan sebagai tempat persembahan bagi leluhur.

Baca Juga:  Rekomendasi Hotel Murah di Canggu dengan Fasilitas Kolam Renang

“Bangunan Rong Tunggal inilah yang disebut Kemulan atau Sanggah Kemulan. Sisa-sisa peninggalan arsitektur ini masih dapat ditemukan di desa-desa kuno Bali, seperti di Julah, Sembiran, Lateng, dan Dausa,” jelasnya.

promo pembuatan website bulan ini

Seiring dengan perkembangan budaya dan kepercayaan masyarakat, Rong Tunggal kemudian mengalami evolusi menjadi Rong Dua, yakni dua ruang yang digunakan untuk pemujaan leluhur yang telah disucikan.

Perkembangan Menuju Pelinggih Rong Telu

Perjalanan sejarah kemudian membawa transformasi dari Rong Dua menjadi Rong Telu, yang disesuaikan dengan konsep Trimurti dalam ajaran Hindu. Trimurti sendiri adalah manifestasi dari tiga aspek utama Tuhan dalam ajaran Hindu, yaitu:



Baca Juga:  Banten Soma Ribek dan Larangannya
  • Brahma, sebagai Dewa Pencipta
  • Wisnu, sebagai Dewa Pemelihara
  • Iswara, sebagai Dewa Pelebur

Konsep Trimurti ini menegaskan bahwa Pelinggih Rong Telu memiliki dua fungsi utama. Pertama, sebagai tempat pemujaan roh leluhur yang telah mencapai kesucian, dan kedua, sebagai tempat pemujaan Sang Hyang Trimurti.

“Kesatuan tiga dewa ini disebut Sang Hyang Trimurti atau Tri Tunggal, yang menjadi dasar filosofi dalam pembentukan Pelinggih Rong Telu,” tambahnya.

Baca Juga:  Apa Itu Ulihan? Pengingat 6 Hari Menuju Kuningan

Peran Pelinggih Kemulan dalam Struktur Rumah Tangga Hindu Bali

Sanggah Kemulan biasanya hanya dipuja oleh satu keluarga kecil. Namun, ketika keluarga tersebut berkembang menjadi beberapa kepala keluarga, mereka mulai mendirikan bangunan pelengkap dalam area sanggah pemujaan mereka. Pembangunan ini dilakukan untuk memberikan tempat khusus bagi roh-roh suci leluhur yang dianggap berjasa.

Bangunan tambahan ini kemudian membentuk satu kesatuan yang disebut Sanggah Pamerajan. Struktur bangunan dalam Sanggah Pamerajan bervariasi, namun umumnya terdiri dari:



  • Menjangan Seluang
  • Gedong
  • Sanggar Agung
  • Bangunan Berkerucut
  • Saka Ulu Gempel
  • Bangunan Taksu

Baca Juga:  Pegatwakan, Akhir dari Rangkaian Galungan dan Kuningan

Ida Pedanda menambahkan bahwa meskipun setiap bangunan memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda, semuanya tetap mengacu pada konsep pemujaan leluhur dan penghormatan kepada Trimurti dalam ajaran Hindu Bali.

Kesimpulan

Pelinggih Kemulan bukan sekadar bangunan fisik dalam rumah tangga umat Hindu Bali, tetapi juga merupakan simbol penghormatan kepada leluhur dan pemujaan terhadap manifestasi Tuhan dalam ajaran Trimurti. Dari bentuk awal yang sederhana hingga berkembang menjadi kompleks pemujaan yang lebih besar, keberadaannya tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan spiritual masyarakat Hindu Bali hingga saat ini.***

0 Reviews

Write a Review

ikuti kami di Google News

0 Reviews

Write a Review

Baca Juga:

error: Content is protected !!