Semarak Bulan Bahasa Bali VII, 59 Anak Ikuti Lomba Menggambar Satua Bali

Semarak Bulan Bahasa Bali VII 59 Anak Ikuti Lomba Menggambar Satua Bali/ kabarportal
DENPASAR, KABARPORTAL.COM – Sebanyak 59 anak setingkat Sekolah Dasar (SD) berpartisipasi dalam Wimbakara Ngambar Satua Bali, yang merupakan bagian dari perayaan Bulan Bahasa Bali VII. Lomba menggambar ini digelar di lantai bawah Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, pada Rabu, 5 Feruari 2025.
Kepala Bidang Sejarah dan Dokumentasi Kebudayaan, I Made Dana Tanaya, mengungkapkan bahwa lomba ini bertujuan untuk merangsang kreativitas anak-anak dalam berkarya, sekaligus memperkuat kecintaan mereka terhadap seni dan budaya Bali.
“Kegiatan ini menjadi sarana bagi anak-anak untuk menuangkan ide serta gagasan mereka, khususnya dalam meningkatkan kreativitas seni di Bulan Bahasa Bali ini,” ujarnya di sela acara.
Daftar Isi
Antusiasme Peserta dan Peran Juri Kompeten
Antusiasme peserta terlihat tinggi, dengan mayoritas peserta memiliki bakat seni yang kuat. Pendaftaran dilakukan secara daring, dan banyak di antara mereka telah memiliki pengalaman menggambar yang baik. Untuk memastikan kualitas penjurian, panitia melibatkan dosen-dosen dari universitas terkemuka di Bali yang memiliki kompetensi di bidang seni rupa.
Menurut Dana Tanaya, pemilihan tema Satua Bali (cerita rakyat Bali) dalam lomba ini bertujuan untuk memperkenalkan aksara, sastra, dan bahasa Bali sejak dini. Anak-anak diajak untuk mendengar, melihat, dan membaca cerita sebagai inspirasi sebelum menuangkannya ke dalam bentuk gambar.
“Melalui lomba ini, kami ingin anak-anak lebih memahami seni dan budaya Bali, khususnya dalam konteks cerita bergambar berbahasa Bali,” jelasnya.
Teknik Menggambar yang Semakin Berkembang
Salah satu dewan juri, Prof. Dr. Drs. I Wayan Karja, MFA, mengapresiasi kreativitas peserta yang mampu menghadirkan ide-ide menarik dalam karya mereka. “Dari segi teknik, anak-anak ini terus berkembang. Namun, saya melihat sebagian dari mereka masih terinspirasi dari gambar-gambar sebelumnya, baik dari buku maupun sumber lain, sehingga ada kecenderungan pengulangan elemen cerita,” katanya.
Dari segi keterampilan teknis, para peserta menunjukkan peningkatan yang signifikan, termasuk dalam pengolahan bahan dan kecepatan menggambar. “Saya melihat kepekaan mereka terhadap seni semakin tajam. Hasil karya mereka menunjukkan perkembangan yang luar biasa,” tambahnya.
Menariknya, pengaruh seni digital juga mulai tampak dalam karya-karya peserta. Banyak dari mereka mengadopsi unsur animasi, yang menunjukkan bahwa mereka mampu menggabungkan gaya tradisional dengan sentuhan teknologi modern. “Jika dulu anak-anak menggambar berdasarkan apa yang mereka lihat secara langsung, kini mereka mampu mengolah inspirasi dari berbagai sumber, termasuk media digital,” jelas Prof. Karja.
Menangkap Tema dengan Lebih Kreatif
Salah satu aspek yang diharapkan terus berkembang dalam lomba ini adalah kemampuan anak-anak dalam menangkap tema yang diberikan. Prof. Karja menekankan pentingnya memahami tema secara mendalam, bukan sekadar menyalin gambar dari referensi yang sudah ada.
“Anak-anak ini memiliki kecepatan dalam menangkap tema, tetapi masih cenderung mengandalkan hafalan dari buku, komik, atau media digital. Ke depannya, kami berharap mereka bisa lebih kreatif dalam menginterpretasikan tema dengan cara yang lebih personal dan orisinal,” pungkasnya.
Dengan semakin berkembangnya teknik menggambar dan pemahaman akan budaya lokal, lomba ini diharapkan mampu menjadi wadah bagi anak-anak Bali untuk mengekspresikan kreativitas mereka sekaligus melestarikan warisan budaya melalui seni. ***
1 Review
ikuti kami di Google News