Tak Banyak yang Tahu, Keunikan Pura Kancing Gumi Petang, Badung

Pura Kancing Gumi di Petang/ Google Mapas/ kabarportal
BADUNG, KABARPORTAL.COM – Tidak banyak yang mengetahui bahwa Pura Kancing Gumi ini memiliki keunikan yang cukup mencengangkan, bahkan sangat berbeda dari pura pada umumnya yang ada di Bali.
Terletak di Desa Adat Batu Lantang, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, pura yang juga dikenal sebagai penekek jagat ini diyakini sebagai kunci penjaga stabilitas Pulau Bali, bahkan dunia.
Setiap pujawali yang digelar pada hari Buda Umanis Prangbakat, ribuan pemedek dari berbagai penjuru Bali berduyun-duyun nangkil untuk sembahyang, menjadikan pura ini destinasi spiritual yang penuh makna.
Makna Spiritual sebagai Kahyangan Jagat
Menurut tokoh adat setempat, I Made Sarpa, Pura Kancing Gumi memiliki peran istimewa sebagai kahyangan jagat, tempat suci yang menjaga keseimbangan alam semesta. Pura ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat doa untuk memohon keselamatan, baik bagi yang sakit, ternak peliharaan, maupun tanaman di sawah dan ladang yang terserang hama. “Karena statusnya sebagai kahyangan jagat, setiap piodalan selalu ramai dikunjungi umat dari pelosok Bali,” ujar Made Sarpa dengan penuh keyakinan.
Pemedek yang datang tidak hanya dari Desa Sulangai, tetapi juga dari berbagai wilayah di Bali, menunjukkan daya tarik spiritual pura ini yang melampaui batas geografis. Kehadiran mereka mencerminkan kepercayaan kuat akan kekuatan Pura Kancing Gumi sebagai penguat stabilitas dunia.
Peninggalan Bersejarah yang Sakral
Selain nilai spiritualnya, Pura Kancing Gumi menyimpan benda-benda peninggalan bersejarah yang menambah kekayaan budayanya. Di antaranya adalah lingga, kaling (guci tua), dan piring-piring kuno yang sudah pecah.
Benda-benda ini ditemukan di sekitar kawasan Pura Beji, yang berjarak tidak jauh dari lokasi utama pura. Hingga kini, peninggalan tersebut disimpan dengan rapi di dalam pura, menjadi simbol sejarah dan kesakralan tempat ini.
Pantangan Ketat untuk Menjaga Kesucian
Pura Kancing Gumi memiliki sejumlah pantangan yang wajib dipatuhi setiap pemedek untuk menjaga kesucian utama mandala, area paling suci di pura. Salah satunya adalah larangan memakai alas kaki saat memasuki area ini. Selain itu, upakara atau sesajen yang dipersembahkan tidak boleh mengandung daging babi. Wanita hamil atau menyusui juga dilarang masuk ke dalam areal pura, karena dianggap dapat mengganggu energi spiritual.
“Jika pantangan dilanggar, akan ada konsekuensi tersendiri. Untungnya, selama ini pemedek selalu menghormati aturan tersebut,” jelas Made Sarpa. Aturan ini bukan sekadar tradisi, melainkan bagian dari upaya menjaga kesakralan dan harmoni spiritual pura.
Tradisi Ngayah dan Upacara Nguntap
Setiap piodalan atau saat bulan purnama, Pura Kancing Gumi dipenuhi semangat gotong royong melalui tradisi ngayah, di mana umat bersama-sama mempersiapkan upacara. Salah satu ritual yang menarik adalah upacara nguntap, yang melibatkan persembahan enam butir telur itik yang diletakkan di tempat khusus, disertai dengan canang. Tradisi ini mencerminkan kesederhanaan sekaligus pengabdian mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Destinasi Spiritual yang Tak Lekang Waktu
Dengan statusnya sebagai kahyangan jagat, Pura Kancing Gumi menjadi magnet bagi umat Hindu, baik dari Desa Sulangai maupun dari luar daerah. Kehadiran pemedek dari berbagai wilayah Bali menunjukkan betapa pentingnya pura ini dalam kehidupan spiritual masyarakat. Suasana sakral, peninggalan bersejarah, dan tradisi yang kaya menjadikan Pura Kancing Gumi sebagai salah satu permata budaya Bali yang wajib dikunjungi.
Bagi Anda yang ingin merasakan pengalaman spiritual autentik, berkunjung ke Pura Kancing Gumi adalah pilihan yang tepat. Namun, pastikan untuk menghormati setiap pantangan dan aturan adat agar perjalanan spiritual Anda berjalan dengan penuh makna dan harmoni.
***