Ternyata Begini Penjelasan dan Alasan Pagerwesi di Buleleng Seperti Galungan

Banten
DENPASAR, KABARPORTAL.COM - Di ujung utara Pulau Bali, Kabupaten Buleleng menyuguhkan perayaan Hari Raya Pagerwesi yang begitu istimewa. Bagi masyarakat setempat, khususnya di Kota Singaraja, Pagerwesi bukan sekadar hari suci biasa, melainkan perayaan penuh semangat yang kerap disamakan dengan kemeriahan Galungan.
Warga lokal bahkan menyebutnya “Galungannya orang Buleleng.” Apa rahasia di balik keunikan perayaan ini? Mari kita telusuri pesona tradisi dan makna mendalam Pagerwesi di Buleleng yang kaya akan budaya dan spiritualitas!
Pagerwesi: Benteng Spiritual Iman dan Pengetahuan
Dirayakan setiap Buda Kliwon Wuku Sinta, Hari Raya Pagerwesi adalah momen umat Hindu memuliakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud Sang Hyang Pramesti Guru, sang guru sejati alam semesta. Nama “Pagerwesi” berasal dari kata pager (pagar) dan wesi (besi), yang melambangkan iman dan ilmu pengetahuan sebagai pelindung jiwa dari pengaruh buruk. Perayaan ini mengajak umat untuk memperkuat kebenaran dan kebijaksanaan sebagai fondasi spiritual.
Di Buleleng, Pagerwesi memiliki aura yang berbeda. Menurut Nyoman Suka Ardiyasa, akademisi dari Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singaraja, kemeriahan Pagerwesi di wilayah ini berpijak pada tradisi Loka Dresta, yaitu warisan lokal yang telah mengakar kuat. Tradisi ini menjadikan Pagerwesi sebagai simbol penguatan batin, serupa dengan semangat kemenangan dharma dalam perayaan Galungan.
Tradisi Khas yang Membuat Pagerwesi di Buleleng Istimewa
Perayaan Pagerwesi di Buleleng menawarkan pengalaman budaya yang kaya dan berbeda dari daerah lain di Bali. Berikut adalah tradisi-tradisi unik yang membuatnya begitu memikat:
1. Munjung: Ziarah Makam yang Penuh Kehangatan
Salah satu tradisi paling menonjol adalah munjung, yaitu ziarah ke makam leluhur yang belum dikremasi. Warga membawa banten punjung, sesajen berupa nasi kuning, ayam goreng, ikan goreng, tum, serta sayuran seperti kacang panjang dan tauge. Sesajen ini dipersembahkan sebagai penghormatan kepada leluhur, lalu dinikmati bersama keluarga di area setra (kuburan). Momen ini menciptakan kebersamaan yang hangat, sekaligus mempererat ikatan keluarga.
2. Ritual Sembahyang yang Khusyuk
Perayaan diawali dengan sembahyang di sanggah (tempat suci di rumah), dilanjutkan ke pura desa dan pura keluarga. Ritual ini menjadi wujud syukur dan doa untuk memohon kekuatan spiritual dari Sang Hyang Pramesti Guru, memperkuat makna Pagerwesi sebagai hari penguatan iman.
ikuti kami di Google News