Usaba Dasa: Tradisi Sakral yang Hidup di Desa Adat Perasi, Karangasem, Bali

ilustrasi masyarakat Perasi dalam melaksanakan prosesi Usaba Desa/ Desi Suningsih/ kabarportal
KARANGASEM, KABARPORTAL.COM – Di tengah pesona budaya Bali yang kaya, Usaba Dasa menjadi salah satu tradisi adat yang masih kokoh dijalankan oleh masyarakat Desa Adat Perasi, Karangasem.
Upacara sakral ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga cerminan warisan budaya tak benda yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Meski zaman terus berubah, masyarakat setempat tetap setia melestarikan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan identitas budaya Bali.
Prosesi Upacara Usaba Dasa
Upacara Usaba Dasa diadakan setiap tahun pada Sasih Kasa menurut penanggalan Bali. Rangkaian ritual ini melibatkan serangkaian prosesi yang penuh makna, seperti Nuduk Pajeg, Nebah Usaba Dasa, Ngatus Usaba Dasa, Melasti, serta persembahyangan di Pura Dalem, Pura Prajapati, Pura Puseh, dan Pura Bale Agung, hingga ditutup dengan Nyineb Usaba Dasa. Setiap tahap dipimpin oleh Jro Mangku, pemuka adat yang memastikan semua prosesi berjalan sesuai tata cara tradisional dengan penuh kesakralan.
Prosesi ini bukan sekadar ritual, tetapi juga sarana untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga. Gotong royong dalam mempersiapkan upacara mencerminkan semangat kebersamaan yang menjadi inti kehidupan masyarakat Bali. Tradisi ini juga menjadi momen untuk mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi muda, menjaga identitas budaya Desa Adat Perasi tetap hidup.
Makna di Balik Nama Usaba Dasa
Mengapa dinamakan Usaba Dasa? Kata “Usaba” berasal dari kata “Utsaha” atau “Usaha,” yang merujuk pada upaya masyarakat Desa Adat Perasi untuk mensyukuri berkah yang diberikan oleh Ida Sesuhunan, dewa yang dihormati dalam tradisi setempat.
Sebagai salah satu desa tua di Karangasem, Desa Adat Perasi memegang teguh tradisi leluhur yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Upacara ini menjadi wujud syukur sekaligus cara untuk menjaga harmoni dengan alam, sesama manusia, dan Tuhan, sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana yang menjadi landasan budaya Bali.
Lebih dari Sekadar Ritual
Usaba Dasa bukan hanya soal spiritualitas. Upacara ini juga memperkuat ikatan sosial antarwarga melalui kerja sama dalam persiapan dan pelaksanaan ritual. Kegiatan seperti membuat sesajen, menata pura, hingga mengatur prosesi upacara mencerminkan solidaritas dan semangat gotong royong. Tradisi ini juga menjadi simbol kekayaan budaya Bali yang patut dilestarikan, menjadikan Desa Adat Perasi sebagai salah satu destinasi budaya yang menarik untuk dipelajari.
Menjaga Warisan di Tengah Modernisasi
Di era modernisasi, Usaba Dasa tetap relevan sebagai wujud pelestarian budaya dan penguatan identitas masyarakat Desa Adat Perasi. Upacara ini bukan hanya ritual tahunan, tetapi juga cerminan nilai-nilai luhur yang terus dijaga agar tidak pudar ditelan zaman. Dengan menjaga tradisi ini, masyarakat Desa Adat Perasi memperlihatkan bahwa warisan budaya dapat hidup berdampingan dengan perkembangan zaman.
Melalui Usaba Dasa, Desa Adat Perasi tidak hanya melestarikan tradisi leluhur, tetapi juga menghidupkan semangat kebersamaan dan harmoni yang menjadi ciri khas budaya Bali. Upacara ini menjadi pengingat bahwa warisan budaya.
Usaba Dasa: Tradisi Sakral yang Hidup di Desa Adat Perasi, Karangasem, Bali
Di tengah pesona budaya Bali yang kaya, Usaba Dasa menjadi salah satu tradisi adat yang masih kokoh dijalankan oleh masyarakat Desa Adat Perasi, Karangasem. Upacara sakral ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga cerminan warisan budaya tak benda yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Meski zaman terus berubah, masyarakat setempat tetap setia melestarikan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan identitas budaya Bali.
Prosesi Upacara Usaba Dasa
Upacara Usaba Dasa diadakan setiap tahun pada Sasih Kasa menurut penanggalan Bali. Rangkaian ritual ini melibatkan serangkaian prosesi yang penuh makna, seperti Nuduk Pajeg, Nebah Usaba Dasa, Ngatus Usaba Dasa, Melasti, serta persembahyangan di Pura Dalem, Pura Prajapati, Pura Puseh, dan Pura Bale Agung, hingga ditutup dengan Nyineb Usaba Dasa. Setiap tahap dipimpin oleh Jro Mangku, pemuka adat yang memastikan semua prosesi berjalan sesuai tata cara tradisional dengan penuh kesakralan.
Prosesi ini bukan sekadar ritual, tetapi juga sarana untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga. Gotong royong dalam mempersiapkan upacara mencerminkan semangat kebersamaan yang menjadi inti kehidupan masyarakat Bali. Tradisi ini juga menjadi momen untuk mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi muda, menjaga identitas budaya Desa Adat Perasi tetap hidup.
Makna di Balik Nama Usaba Dasa
Mengapa dinamakan Usaba Dasa? Kata “Usaba” berasal dari kata “Utsaha” atau “Usaha,” yang merujuk pada upaya masyarakat Desa Adat Perasi untuk mensyukuri berkah yang diberikan oleh Ida Sesuhunan, dewa yang dihormati dalam tradisi setempat.
Sebagai salah satu desa tua di Karangasem, Desa Adat Perasi memegang teguh tradisi leluhur yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Upacara ini menjadi wujud syukur sekaligus cara untuk menjaga harmoni dengan alam, sesama manusia, dan Tuhan, sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana yang menjadi landasan budaya Bali.
Lebih dari Sekadar Ritual
Usaba Dasa bukan hanya soal spiritualitas. Upacara ini juga memperkuat ikatan sosial antarwarga melalui kerja sama dalam persiapan dan pelaksanaan ritual. Kegiatan seperti membuat sesajen, menata pura, hingga mengatur prosesi upacara mencerminkan solidaritas dan semangat gotong royong. Tradisi ini juga menjadi simbol kekayaan budaya Bali yang patut dilestarikan, menjadikan Desa Adat Perasi sebagai salah satu destinasi budaya yang menarik untuk dipelajari.
Menjaga Warisan di Tengah Modernisasi
Di era modernisasi, Usaba Dasa tetap relevan sebagai wujud pelestarian budaya dan penguatan identitas masyarakat Desa Adat Perasi. Upacara ini bukan hanya ritual tahunan, tetapi juga cerminan nilai-nilai luhur yang terus dijaga agar tidak pudar ditelan zaman. Dengan menjaga tradisi ini, masyarakat Desa Adat Perasi memperlihatkan bahwa warisan budaya dapat hidup berdampingan dengan perkembangan zaman.
Melalui Usaba Dasa, Desa Adat Perasi tidak hanya melestarikan tradisi leluhur, tetapi juga menghidupkan semangat kebersamaan dan harmoni yang menjadi ciri khas budaya Bali. Upacara ini menjadi pengingat bahwa warisan budaya dapat tetap lestari, menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan.
***