Anak Terlambat Bisa Bicara? Coba Ajak Melukat di Pelinggih Sang Hyang Iswara
KABARPORTAL.COM – Pelinggih Sang Hyang Iswara berada di Banjar Gegadon, Desa Adat kapal, Mengwi – Badung.
Diyakini sebagai tempat untuk menyembuhkan anak-anak yang mengalami telat bisa bicara.
Pura yang juga dikenal dengan Temuku Telu ini lokasinya tepat berada dipinggir jalan.
Dekat dengan Pertigaan Jalan Menuh dan Jalan Bukit Tinggi serta Jalan Siulan.
Tak sulit menemukan lokasi pura ini karena bisa diakses melalui Jalan Raya Kapal yakni sebelah Barat dari Rumah Sakit Daerah Mangusada, Badung atau Desan Kekeran, Mengwi.
Sang Hyang Iswara diempon oleh Banjar Adat Gegadon dan sudah banyak yang membuktikan jika anak-anak yang terlambat berbicara bisa sembuh dengan melukat di Pelinggih Sang Hyang Iswara ini.
Tidak ada sejarah tertulis tentang pura ini hanya saja dari cerita yang beredar disebutkan bahwa lokasi pura ini dahulu adalah Temuku atau tempat pembagian air untuk subak.
Sebelum dikenal sebagai Pura Sang Hyang Iswara, tempat ini sebenarnya diketahui bernama Temuku Telu.
Bahkan pura Sang Hyang Iswara ini sudah dikenal luas sejak 1960-an. Sebelum itu, bahkan ditempat itu belum ada palinggih seperti saat ini hanya ada tepas untuk menghaturkan banten.
Menurut cerita masyarakat, palinggih yang ada awalnya didirikan oleh seorang doketer yang membayar sesangi atau kaul lantaran anaknya yang menunjukkan arah positif usai melukat ditempat itu.
Dan barulah sektiar tahun 2002 palinggih itu berdiri atas permintaan doketr yang naur sesangi itu.
Bahkan usai palinggih itu dibuat, pemedek pun semakin ramai ke Pura Sang Hyang Iswara bahkan tidak saja umat Hindu termasuk non-Hindu pun banyak yang datang ke sana.
Rata-rata anak-anak yang diajak ke Pura Sang Hyang Iswara berusia 2 hingga 5 tahun namun tak menutup kemungkinan jika seorang remaja juga ada yang ke sana.
Sedangkan untuk panglukatan di Pura Sang Hyang Iswara dilaksanakan setiap 15 hari sekali pada kajeng Kliwon.
Pura Sang Hyang Iswara melaksanakan piodalan pada Tumpek Kuningan yakni Saniscara Kliwon Wuku Kuningan.
Untuk sarana yang digunakan berupa Peras Daksina Pejati dan dihaturkan di pelinggih ini.
Usai melaksanakan persembahyangan, bagi yang akan melaksanakan melukat tidak lagi nunas tirta.
Anak kemudian melakukan prosesi melukat di telabah dan pancuran kecil yang ada di aeral pura.
Setelah melukat, barulah sang anak nunas tirta yang juga tirta ini bisa dibawa pulang untuk sang anak. ***
0 Reviews
ikuti kami di Google News