swipe up
[modern_search_box]

Hari Suci Anggara Kasih Kulantir Bertepatan Kajeng Kliwon: Makna dan Ritual yang Dilakukan

 Hari Suci Anggara Kasih Kulantir Bertepatan Kajeng Kliwon: Makna dan Ritual yang Dilakukan

Sugihan Bali Bertemu Kajeng Kliwon Enyitan /zabiabidin/pixabay/kabarportal

DENPASAR, KABARPORTAL.COM – Hari ini, umat Hindu di Bali merayakan momen istimewa: Anggara Kasih Kulantir yang bersamaan dengan Kajeng Kliwon Enyitan. Perpaduan dua hari suci ini membawa nuansa spiritual mendalam dan menjadi waktu penting untuk melaksanakan ritual penyucian serta pemujaan. Apa saja yang dilakukan umat Hindu pada hari ini, dan mengapa perayaan ini begitu keramat? Mari kita ulas lebih dalam dengan gaya jurnalistik yang mengalir dan mudah dipahami.

Anggara Kasih Kulantir: Pemujaan kepada Bhatara Mahadewa

Anggara Kasih Kulantir adalah hari raya Hindu yang dirayakan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada pertemuan Saptawara (Anggara atau Selasa), Pancawara (Kliwon), dan wuku Kulantir. Dalam tradisi Bali, hari ini menjadi saat suci untuk memuja Bhatara Mahadewa, penguasa arah barat (pascima) yang bersemayam bersama saktinya, Saci Dewi. Dengan warna kuning sebagai simbolnya, Bhatara Mahadewa digambarkan membawa senjata nagapasa, memiliki urip 7, dan dilambangkan dengan aksara “Ta”.

[irp]

Menurut Lontar Sundarigama, ritual pada Anggara Kasih Kulantir melibatkan persembahan khusus yang didominasi warna kuning. Umat Hindu menyiapkan segehan kuning sapangkon, daging ayam betutu putih kuning, sedah woh sebanyak 22 buah, serta sedah apon secukupnya. Semua banten ini dihaturkan di sanggah atau tempat pemujaan keluarga sebagai wujud bakti dan permohonan perlindungan. Ritual ini tidak hanya sarat makna spiritual, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal Bali dalam menjaga harmoni dengan alam semesta.

Kajeng Kliwon: Penyucian dan Perlindungan

promo pembuatan website bulan ini

Sementara itu, Kajeng Kliwon hadir lebih sering, yakni setiap 15 hari sekali, berdasarkan pertemuan Triwara (Kajeng) dan Pancawara (Kliwon). Hari ini dianggap keramat karena merupakan waktu payogan Bhatara Siwa, di mana umat diajak untuk melakukan penyucian diri dan lingkungan. Bertepatan dengan Anggara Kasih Kulantir kali ini, Kajeng Kliwon yang dirayakan adalah Kajeng Kliwon Enyitan, yang jatuh setelah Tilem dan dikenal sebagai hari baik untuk membuat sasikepan atau jimat berkekuatan gaib.



[irp]

Ritual pada Kajeng Kliwon juga kaya akan simbolisme. Berdasarkan Lontar Sundarigama, umat mempersembahkan segehan kepel dua kepel yang dijadikan satu tanding, diletakkan di tiga lokasi:

    • Halaman rumah: Untuk Sang Kala Bhucari.
    • Sanggah/merajan: Untuk Sang Bhuta Bhucari.
    • Pintu keluar-masuk: Untuk Sang Durga Bhucari.

Tambahan pada Kajeng Kliwon adalah segehan lima warna dan canang wangi-wangi seperti burat wangi atau canang gantal, yang dipersembahkan kepada Bhatari Durga Dewi. Tujuannya? Memohon keselamatan dan perlindungan agar terhindar dari gangguan Sang Kala Tiga Bhucari, yang diyakini bisa mendatangkan penyakit atau energi negatif jika ritual ini diabaikan.



Makna Filosofis dan Tradisi

Kedua hari suci ini memiliki benang merah pada Pancawara Kliwon, yang menurut lontar kuno adalah waktu untuk menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan kekuatan gaib. Persembahan seperti wangi-wangian di merajan atau segehan di halaman rumah bukan sekadar formalitas, melainkan wujud syukur dan upaya menciptakan harmoni.

Dalam buku Pokok-pokok Wariga karya I. B. Suparta Ardhana, disebutkan pula variasi Kajeng Kliwon, seperti Uwudan (baik untuk ilmu pengiwa) dan Pamelastali (bertepatan dengan wuku Watugunung), yang menambah kekayaan tradisi ini.

[irp]

Mengapa Penting untuk Diketahui?

Bagi masyarakat Bali, Anggara Kasih Kulantir dan Kajeng Kliwon bukan hanya ritual, tetapi juga cerminan identitas budaya dan spiritual. Perayaan ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan dengan leluhur, dewa, dan alam sekitar. Untuk Anda yang tertarik dengan budaya Bali, tradisi Hindu, atau hari suci Bali, memahami makna di balik perayaan ini bisa menjadi jendela untuk mengenal lebih dalam kekayaan warisan Nusantara.

Jadi, hari ini bukan sekadar hari biasa. Di balik persembahan kuning dan aroma wangi-wangian, tersimpan doa untuk kedamaian, perlindungan, dan kesucian. Bagaimana menurut Anda, apakah tradisi seperti ini masih relevan di tengah kehidupan modern?

***

Tim Kabarportal

Baca Juga: