Mengapa Kajeng Kliwon Dianggap Hari Sakral oleh Umat Hindu Bali?

Mengapa Kajeng Kliwon Dianggap Hari Sakral oleh Umat Hindu Bali?/ kabarportal
DENPASAR, KABARPORTAL.COM – Di tengah kehidupan spiritual masyarakat Bali, Kajeng Kliwon menempati posisi istimewa sebagai salah satu hari paling sakral dan penuh makna.
Hari ini dipercaya memiliki kekuatan metafisik yang besar dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Hindu Bali secara turun-temurun.
Perpaduan Energi dalam Kajeng Kliwon
Kajeng Kliwon merupakan pertemuan unik antara dua sistem penanggalan dalam kalender Bali, yakni Tri Wara dan Panca Wara. Kajeng berasal dari Tri Wara, sedangkan Kliwon dari Panca Wara. Kombinasi keduanya menciptakan sebuah momentum spiritual yang diyakini memiliki energi luar biasa.
Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde Yudha Triguna, MS, akademisi dari Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar, secara etimologis, kata Kajeng dalam bahasa Bali memiliki arti “lanying” atau “tajam”.
Ia menjelaskan bahwa benda apapun yang ditancapkan ke tanah pada hari Kajeng dipercaya memiliki daya “menajamkan” yang lebih kuat daripada hari biasa. Hal ini diyakini sebagai pengaruh dari energi Tri Wara, khususnya Pasah, Beteng, dan Kajeng itu sendiri.
Kekuatan Urip: 7 + 8 = 15
Dalam kepercayaan Bali, angka atau urip juga memiliki makna spiritual. Kajeng memiliki urip 7, dan Kliwon memiliki urip 8. Ketika keduanya digabung, menghasilkan urip 15 — angka yang dianggap mengandung kekuatan energi luar biasa.
Prof. Yudha menyebut bahwa energi yang muncul pada hari Kajeng Kliwon identik dengan “Kala”, yakni kekuatan alam semesta yang juga mencakup unsur Panca Maha Bhuta (lima elemen dasar pembentuk kehidupan). Jika energi tersebut condong pada sisi negatif, maka disebut sebagai Bhuta Kala, makhluk gaib yang bisa mengganggu keseimbangan hidup manusia.
Upaya Menyeimbangkan Energi
Karena potensi besar yang dimiliki oleh hari Kajeng Kliwon — baik dari sisi positif maupun negatif — umat Hindu Bali melakukan berbagai ritual pembersihan (melukat) dan persembahan segehan kepada para bhuta kala.
Tujuannya adalah untuk menjaga harmoni dan menyeimbangkan kekuatan alam agar tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.
Simbolisasi keseimbangan juga tercermin dari konsep hitam dan putih yang mewakili dua sisi energi dalam kepercayaan Hindu Bali. Dalam konteks ini, Sang Hyang Siwa diyakini sebagai kekuatan yang mampu menyeimbangkan dan mengendalikan kedua sisi energi tersebut.
Oleh sebab itu, pada hari Kajeng Kliwon, Sang Hyang Siwa disebut sedang melakukan yoga semadhi, sebagai bentuk harmonisasi antara kekuatan alam dan spiritualitas manusia.
Waktu yang Tepat untuk Pembersihan Diri
Hari Kajeng Kliwon juga dipercaya sebagai waktu yang sangat baik untuk melakukan ritual melukat, yakni pembersihan diri secara spiritual guna membuang aura negatif dan menyucikan jiwa. Tak heran jika banyak umat Hindu Bali yang memilih hari ini untuk melaksanakan berbagai upacara penting yang berkaitan dengan kebersihan rohani.
Kesimpulan
Kajeng Kliwon bukan sekadar hari dalam kalender Bali. Ia adalah momentum sakral yang sarat akan makna, energi, dan simbol-simbol spiritual mendalam.
Dalam keheningan dan kekhusyukan yang menyertainya, umat Hindu Bali diajak untuk merenungi keseimbangan hidup, menjaga keharmonisan antara manusia dan alam semesta.
***