Mengenal Jenis dan Makna Segehan dalam Hindu Bali
DENPASAR, KABARPORTAL.COM – Dalam pelaksanaan yadnya Hindu di Bali, ada beragam jenis banten yang digunakan.
Tentu masing-masing juga memiliki makna dan maksud tersendiri. Dalam artikel ini adalah dibahan secara singkat tentang makna dan juga manfaat dari segehan.
Segehan menjadi sarana untuk “nyupat Bhuta Kala” sehingga tidak mengganggu manusia. Segehan dihaturkan dengan harapan bisa menetralisir dan menghilangkan hal negatif yang ada ditempat tersebut.
Segehan terdiri dari 3 jenis yakni Segehan Kepel, Segehan Cacah dan juga Segehan Agung. Tentunya ketiga segehan ini memiliki tingkatnya tersendiri.
Segehan Kepel
Jenis ini bisa diketahui dari jenis alas yang digunakan berupa taledan daun pisang yang di atasnya berisi dua kepel nasi putih, ikan bawang, jahe, dan juga garam.
Lalu di atasnya lagi diisi dengan canang genten atau canang biasa. Jumlah nasi bisa menyesuaikan, termasuk warnanya sesuai dengan kepentingan yang menghaturkan.
Segehan Cacah
Jenis segehan ini menggunakan alas berupa taledan (daun) tangkin yang di atasnya berisi 6/7 buah tangkih.
Dimana lima di antaranya berisi nasi putih dan sisanya berisi bija ratus atau 5 jenis biji-bijian sepert jagung nasi, godem dan jali.
Kemudian tankih sisanya berisi beras secukupnya, base tampel, uang dan juga benang putih.
Untuk yang menggunakan 6 buah tangkih, bija ratus dan lainnya dijadikan satu atau disebut sebagai atangkih.
Lauknya berupa bawang, garam dan jahe yang dilengkapi dengan canang genten biasan.
Mirip seperti Segehan Kepel, nasi pada segehan ini bisa diwarnai sesuai dengan keperluan umat.
Segehan Kepel maupun Segehan Cacah ini acap kali digunakan pada pelaksanaan Bhuta Yadnya tingkat kecil atau yang sederhana.
Contohnya seperti Kajeng Kliwon, Purnama Tilem hingga Pagerwesi.
Ketika melaksanakan Dewa Yadnya, jenis Segehan ini biasanya dihaturkan pada Sang Bhuta Bucari di halaman Sanggah, Kemudian kepada Sang Kala Bucari di halaman rumah dan kepada Sang Durga Bucari pada di luar atau di depan pintu rumah utama.
Segehan Agung
Jenis segehan ini bisa dilihat dari tempat yang digunakan yang lebih besar dari 2 jenis segehan lainnya, tempat yang digunakan biasanya disebut dengan tempeh.
Di atasnya terdiri dari 11 atau 33 tangkih yang masing-masing berisi nasi, lauk pauk bawang, garam dan jahe.
Jenis Segehan Agung ini juga menggunakan sebuah daksina yang diletakkan di sekitar tempeh tersebut tanpa alas bakul dan bagian kepalanya dikupas hingga bersih.
Selain itu, canang yang digunakan berupa canang payasan dan 11/33 buah canang genten/ biasa ditambah dengan jinah sandangan.
Segehan Agung dihaturkan bersamaan dengan ayam itik/ babi yang belum dikebiri dan masih hidup.
Kemudian yang diperhatikan adalah penyambleh disesuaikan dengan keperluan dan juga tempatnya.
Saat menghaturkan, segala perlengkapan yang terdapat pada daksina ini dikeluarkan, namun untuk telur dan kelapanya dipecahkan yang diikuti dengan dipotongnya itik atau babi dan dilanjutkan dengan tetabuhan.
Segehan Agung ini biasanya digunakan pada yadnya dengan skala besar. Jenis segehan ini juga bersifat khusus dalam penggunaannya.
Adapun mantram untuk menghaturkan Segehan Agung:
OM Sang Hyang Purusangkara, anugraha ring Sang Kala Sakti, Sang Hyang Rudra anugraha ring Sang Kala Wisesa, Sang Hyang Durga Dewi, anugraha ring Sang Dengen, ameng-ameng padenira paduka Betara Sakti anunggu ri bhumi, ring pura Parhyangan, natar paumahan, di Dalem pasuguhan wates setra pabayangan, salwir lemah angker, manusa aweh tadah saji sira watek Kala Bhuta kabeh, iti tadah sajinnira sega iwak sambleh, asing kirang asing luput nyata pipis sabundel patukuna sira ring pasar agung, pilih kebelanira-ajaken sangkalanira kabeh, nyah saking kene, apan sira sampun sinaksenan, wehana manusanira urip waras, dirgayusa. OM Kala bhoktaya namah, Bhuta bhoktaya namah, Pisaca bhoktaya namah, Durga bhotaya namah. ***
0 Reviews
ikuti kami di Google News