Menghidupkan Kembali Ritus Mejaga-Jaga: Jejak Tradisi yang Terlupakan dari Desa Pinda

 Menghidupkan Kembali Ritus Mejaga-Jaga: Jejak Tradisi yang Terlupakan dari Desa Pinda

Nuwur Geni Kahuripan Ang-Ah”, Karya Cipta Seni Karawitan Ekologis, I Nyoman Kariasa / kabarportal

 

GIANYAR, KABARPORTAL.COM Tradisi siat api yang pernah menjadi bagian tak terpisahkan dari Perayaan Nyepi di Desa Pinda, Gianyar, kini hanya menjadi kenangan. Ritus yang dikenal dengan nama Mejaga-jaga ini terakhir kali digelar pada akhir tahun 1990-an sebelum akhirnya memudar dari ingatan kolektif masyarakat. Padahal, tradisi ini sarat akan nilai-nilai kearifan lokal dan makna mendalam bagi masyarakat setempat.

Berangkat dari keprihatinan akan hilangnya tradisi tersebut, I Nyoman Kariasa, yang juga dikenal sebagai Nyoman Kader, menghadirkan kembali Ritus Mejaga-jaga melalui sebuah karya seni inovatif berjudul “Nuwur Geni Kahuripan Ang-Ah”. Karya ini merupakan penciptaan seni karawitan ekologis berbasis kearifan lokal Desa Pinda, yang disajikan dalam ujian tugas akhir S3 di Pura Dalem Desa Pinda, Gianyar, Jumat, 24 Januari 2025 malam.

Baca Juga:  Implementasikan Pergub Bali Nomor 97, Mulai 3 Februari 2025 Wajib Gunakan Tumbler

Rekonstruksi Tradisi melalui Pendekatan Interdisipliner

Nyoman Kader, seorang dosen Karawitan di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, menjelaskan bahwa penciptaan karya ini bertujuan untuk merekonstruksi dan mengembangkan kembali Ritus Mejaga-jaga yang telah lama terlupakan. Dengan pendekatan interdisipliner yang mencakup aspek estetika, religi, ekonomi, sosial, dan budaya, karya ini tidak hanya menghadirkan seni pertunjukan, tetapi juga memberikan dampak signifikan bagi identitas budaya Desa Pinda.

promo pembuatan website bulan ini

“Prosesnya meliputi riset lapangan, penyusunan model pertunjukan, implementasi, hingga diseminasi karya. Kami melibatkan berbagai sumber, mulai dari Lontar Prakempa dan Aji Ghurnita, gamelan Gong Kebyar Desa Pinda, hingga wawancara dengan para sesepuh, tokoh adat, seniman, dan akademisi,” ujar Kader.



Baca Juga:  Jadwal Pesta Kesenian Bali 2024 Senin, 17 Juni 2024, Ada 2 Kategori Utasawa dan Wimbakara

Hasil Karya: Simbol Kehidupan dan Harmoni Alam

Karya “Nuwur Geni Kahuripan Ang-Ah” menampilkan seni karawitan ekologis yang memadukan gamelan Bleganjur inovasi dengan konser Gong Kebyar bertajuk “Ang-Ah”. Penyajian karya ini disusun berdasarkan struktur kosmologi lingkungan Desa Pinda, dimulai dari tahap Nedunin Geni, Nyuarang Geni, Nyolahang Geni, hingga Ngaluwur.

Kader menjelaskan, karya ini memiliki pesan pemberdayaan dan pelestarian budaya yang kuat, sekaligus mengusung makna estetika baru, nilai sosial, ekonomi, dan identitas pariwisata Desa Pinda. Salah satu inovasi yang dihasilkan adalah temuan konsep baru bernama “Getek Solah”, yang mencakup metode, teknik penyajian, dan pendekatan baru dalam seni karawitan Bali.

Baca Juga:  Mengenal Tradisi Ngerebong di Desa Kesiman Denpasar

Makna Simbolis dan Filosofis di Balik “Ang” dan “Ah”

Dalam konser tersebut, dwi aksara sakral “Ang” dan “Ah” menjadi simbol utama. Kader menjelaskan, aksara ini melambangkan siklus penciptaan dan peleburan, yang secara filosofis mencerminkan dinamika kehidupan manusia dalam bingkai sosio-kultural.

“Api yang menjadi elemen utama dalam tradisi Mejaga-jaga melambangkan energi kreatif, transformasi, dan semangat untuk terus maju. Tradisi ini sejatinya adalah cerminan kesiapan masyarakat dalam menjaga harmoni dan keberlanjutan kehidupan,” tambahnya.



Baca Juga:  Dari Arsitek hingga Melukis, Arifin Olii: Melukis Hanya untuk Charity

Dukungan Penuh Masyarakat Desa Pinda

Pelaksanaan karya ini melibatkan lebih dari 400 orang, termasuk Krama Desa Adat Pinda, berbagai Sekaa Gong dari wilayah Gianyar dan Sukawati, hingga mahasiswa dan siswa seni dari ISI Denpasar. Keterlibatan aktif masyarakat menunjukkan antusiasme untuk kembali menghidupkan tradisi yang pernah menjadi bagian dari identitas mereka.

Melalui “Nuwur Geni Kahuripan Ang-Ah”, Ritus Mejaga-jaga tidak hanya hidup kembali dalam bentuk seni, tetapi juga menjadi jembatan untuk mengenalkan budaya lokal kepada generasi muda sekaligus daya tarik wisata yang unik bagi Desa Pinda. Tradisi yang sempat padam ini kini menyala kembali, membawa pesan harmoni dan pelestarian yang abadi. ***

0 Reviews

Write a Review

ikuti kami di Google News

0 Reviews

Write a Review

Baca Juga:

error: Content is protected !!