Mengupas Makna Pegat Uwakan: Akhir dari Perayaan Galungan dan Kuningan

ilustrasi gambar penjor oleh Kuuan/ Flicker
DENPASAR, KABARPORTAL.COM - Dalam tradisi Hindu Bali, Buda Kliwon Wuku Pahang atau lebih dikenal sebagai Pegat Uwakan menandai momen penutup dari rangkaian hari suci Galungan dan Kuningan. Hari istimewa ini bukan sekadar akhir dari perayaan, tetapi juga membawa makna mendalam tentang penyucian dan penyelesaian spiritual.
Ritual Penutup yang Penuh Simbolisme
Pada hari Pegat Uwakan, umat Hindu Bali melakukan ritual pencabutan penjor, tiang bambu yang dihias indah dan dipasang di depan rumah sejak Penampahan Galungan. Penjor bukan sekadar dekorasi, melainkan simbol keseimbangan alam dan ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Setelah dicabut, seluruh ornamen penjor dilepaskan dan dibakar hingga menjadi abu. Abu ini kemudian dikumpulkan dalam klungah nyuh gading—wadah dari kelapa muda yang telah diberi wewangian kasturi—lalu ditanam kembali di lubang tempat penjor berdiri. Ritual ini melambangkan kembalinya unsur-unsur alam ke pangkuan bumi.
Makna Spiritual dalam Lontar Sundarigama
Menurut Lontar Sundarigama, Pegat Uwakan memiliki makna mendalam sebagai “putusnya perkataan” atau akhir dari masa tapa brata (latihan spiritual). Dalam teks kuno ini, hari tersebut dirayakan dengan penuh kesucian melalui renungan (dhyana semadi), penggunaan wewangian suci, dan persembahan sesayut dirgayusa. Persembahan ini dipersembahkan kepada Sang Hyang Tunggal, disertai dengan penyeneng dan tetebus sebagai wujud bakti dan penyucian.
Lontar Sundarigama:
*Pahang, Buda Kliwon Pegatwakan, ngaran, pati warah panelasning mengku, biana semadi, waraning Dungulan ika, wekasing perelina, ngaran kalingan ika, pakenaning sang wiku lumekasang kang yoga semadi, umoring kala ana ring nguni, saha widi-widana sarwa pwitra, wangi-wangi, astawakna ring sarwa dewa, muang sesayut dirgayusa abesik, katur ring Sang Hyang Tunggal, panyeneng tatebus.
Terjemahan bebasnya, Pegat Uwakan adalah puncak peleburan spiritual selama Wuku Dungulan. Sang Wiku dianjurkan untuk merenung dalam kesunyian, menggunakan sarana suci seperti wewangian dan sesayut, serta mempersembahkan bakti kepada Sang Hyang Tunggal.
Mengapa Pegat Uwakan Penting?
Pegat Uwakan bukan sekadar ritual, tetapi juga pengingat akan siklus kehidupan dan hubungan manusia dengan alam serta Tuhan. Kata “pegat” mengandung makna “putus” atau “selesai,” yang merujuk pada akhir dari latihan spiritual (dhyana semadi) yang dilakukan selama rangkaian hari suci. Tradisi ini mengajarkan umat Hindu untuk selalu kembali pada esensi kehidupan, yakni keseimbangan antara jasmani dan rohani.
ikuti kami di Google News



