swipe up
[modern_search_box]

Lahir Minggu Sasih Kedasa Tidak Cocok Kerja dengan Orang Lain, Begini Penjelasannya

 Lahir Minggu Sasih Kedasa Tidak Cocok Kerja dengan Orang Lain, Begini Penjelasannya

ilustrasi/ StockSnap/pixabay/kabarportal

DENPASAR, KABARPORTAL.COM - Di tengah perubahan zaman yang kian cepat, masyarakat tradisional Nusantara menyimpan warisan kearifan lokal yang tak lekang oleh waktu: Pranata Mangsa. Sistem penanggalan berbasis peredaran matahari ini bukan sekadar kalender biasa.

Dengan siklus tahunan 365 hari—atau 366 hari pada tahun kabisat—Pranata Mangsa menjadi panduan cerdas yang mencakup fenologi alam, gejala musiman, hingga prediksi bencana seperti kekeringan, banjir, wabah penyakit, atau serangan hama. Bagi petani dan pelaut, kalender ini adalah sahabat setia yang membantu mereka menentukan waktu tanam, panen, atau berlayar.

Secara harfiah, Pranata Mangsa berasal dari kata "pranata" yang berarti aturan dan "mangsa" yang merujuk pada masa atau musim. Jadi, sistem ini sejatinya adalah peta musiman yang menuntun kehidupan agraris dan maritim masyarakat Jawa, Sunda, dan Bali.

Lebih dari itu, Pranata Mangsa mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam—sebuah filosofi yang menjadi ciri khas budaya Nusantara. Dalam setiap musimnya, tersirat pedoman hidup yang selaras dengan siklus alam.

Jejak Sejarah dan Keunikan Kalender Nusantara

promo pembuatan website bulan ini



Konon, Pranata Mangsa telah ada sejak era Raja Aji Saka yang memerintah di Medang Kamulan, menjadikannya warisan berusia ribuan tahun. Meski berakar dari zaman kuno, sistem ini terbilang lengkap dan relevan hingga kini.

Tak hanya mencatat waktu, kalender ini juga mengintegrasikan ramalan dan petunjuk hidup, seperti dalam Tenung Wariga Gemet. Ramalan ini mengaitkan hari kelahiran seseorang dengan mangsa atau sasih untuk menentukan karier yang paling cocok.

Sebagai contoh, dalam tradisi Jawa, profesi dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan hari kelahiran dan musim tertentu. Meski ada garis besar yang menjadi acuan, Tenung Wariga Gemet juga membuka ruang untuk pengecualian—khususnya bagi individu dengan bakat luar biasa, seperti jenius atau mereka yang memiliki kemampuan supranatural. Namun, secara umum, prediksi ini jarang meleset dari pola utamanya.

Tak jauh berbeda, beberapa budaya Eropa juga mengenal sistem serupa, seperti Bauernkalendar milik etnik Jerman yang digunakan petani untuk menandai musim tanam. Di Nusantara, Pranata Mangsa bahkan memiliki penanda tahun yang unik. Sejak 560 SM—bertepatan dengan kelahiran Sang Buddha sebagai penghormatan pada agama yang pernah berkembang di sini—penanggalan ini terus berjalan. Misalnya, tanggal 30 Januari 2015 Masehi tercatat sebagai 39 Kapitu 2575 Mangsa.

1 dari 2 halaman



ikuti kami di Google News

Baca Juga: