Pura Tirta Empul Bali: Tempat Spiritual yang Dapat Menenangkan Hati dan Pikiran

GIANYAR, KABARPORTAL.COM - Bali, kerap dijuluki Pulau Dewata, pulau yang tidak pernah kehabisan pesona untuk memikat hati para wisatawan.

Salah satu destinasi yang wajib masuk dalam daftar kunjungan adalah Pura Tirta Empul, sebuah pura suci yang menawarkan pengalaman spiritual sekaligus keindahan budaya yang autentik.

Pura Tirta Empul, yang terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga merupakan simbol kekayaan sejarah dan tradisi budaya Bali.

Sejarah Pura Tirta Empul

Pura Tirta Empul, yang dalam bahasa Bali berarti “mata air suci yang memancur” memiliki sejarah yang membentang hingga abad ke-10. Pura Tirta Empul, yang terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga merupakan simbol kekayaan sejarah dan tradisi budaya Bali.

Dibangun sekitar tahun 926 Masehi pada masa Dinasti Warmadewa, pura ini didedikasikan untuk Dewa Indra, dewa air dalam kepercayaan Hindu, yang diyakini membawa kesucian dan penyembuhan melalui air suci.

Menurut legenda yang diwariskan turun-temurun, mata air suci di pura ini diciptakan oleh Dewa Indra untuk menghidupkan kembali pasukannya yang diracuni oleh Raja Mayadenawa, seorang penguasa jahat dalam mitologi Bali. Mata air ini, yang dikenal sebagai Tirta Empul, yang diyakini memiliki kekuatan penyembuhan dan penyucian, baik secara fisik maupun spiritual.

Keberadaan pura ini juga tercatat dalam Prasasti Manukaya tahun 960 Masehi, yang dikeluarkan oleh Raja Sri Candrabhayasingha Warmadewa. Kisah epik tentang kemenangan kebaikan atas kejahatan ini menjadikan Pura Tirta Empul sebagai simbol spiritual yang kuat, menarik perhatian tidak hanya umat Hindu, tetapi juga wisatawan dari berbagai penjuru dunia yang ingin merasakan aura mistisnya.

Daya Tarik Pura Tirta Empul

Pura Tirta Empul bukan hanya destinasi wisata biasa. Keunikan utamanya terletak pada kolam pemandian suci di Jaba Tengah (halaman tengah), yang dialiri oleh mata air alami melalui 26 pancuran. Kolam ini merupakan inti dari upacara melukat, yakni tradisi penyucian diri dengan cara membasuh tubuh di bawah aliran air suci. Setiap pancuran memiliki sebutan dan makna tersendiri, misalnya Tirta Sudamala yang dipercaya mampu membersihkan energi negatif, serta Tirta Penglukatan yang digunakan untuk penyucian secara spiritual. Wisatawan, baik Hindu maupun non-Hindu, diperbolehkan mengikuti ritual ini selama mematuhi aturan, seperti tidak sedang menstruasi bagi wanita dan mengenakan pakaian adat Bali.

1 dari 3 halaman