Saranan Mebayuh Oton, Banten dan Melukan yang Sesuai Hari Kelahiran
DENPASAR, KABARPORTAL.COM
Bayuh Oton merupakan salah satu ritual penting yang dijalankan oleh umat Hindu di Bali. Tradisi ini memiliki tujuan utama untuk menghilangkan berbagai mara bahaya dan rintangan dalam hidup, sehingga dapat membawa kerahayuan atau kedamaian bagi individu yang melaksanakannya.
Daftar Isi
Asal Usul dan Makna Bayuh Oton
Menurut Penekun Lontar, Ida Bagus Putra Manik Ariana, istilah Bayuh Oton berasal dari dua kata, yaitu bayuh dan oton. Kata bayuh memiliki arti beragam, termasuk bayar, bagi, atau bahaya, sedangkan oton diartikan sebagai weton atau kelahiran. Dalam konteks ini, bayuh merujuk pada konsep membayar atau menghilangkan bahaya yang berkaitan dengan kehidupan seseorang, khususnya pada hari kelahiran.
“Kata baya bersumber dari istilah mayah, yang merupakan penguasa spirit kehidupan. Setiap kelahiran memiliki hubungan dengan dewa atau kala tertentu, sehingga tradisi ini menjadi momen untuk berbagi dan membayar segala bentuk energi negatif,” jelas Ida Bagus Putra Manik Ariana.
Siklus Pelaksanaan
Ritual Bayuh Oton umumnya dilaksanakan bersamaan dengan otonan, yang merupakan peringatan hari kelahiran berdasarkan kalender Bali. Siklus ini berlangsung setiap 210 hari, dihitung berdasarkan kombinasi sistem Uku, Saptawara, dan Pancawara. Otonan sendiri bertujuan untuk mempersembahkan sarana upakara sesuai dengan weton kelahiran, dengan harapan agar segala hal buruk dalam kehidupan dapat berubah menjadi kebaikan.
Jenis-Jenis Bayuh Oton
Ida Bagus Putra Manik Ariana menjelaskan bahwa Bayuh Oton terbagi ke dalam lima jenis berdasarkan sarana yang digunakan, yaitu:
- Bayuh Oton dengan Sarana Mantra Bayuh Oton menggunakan kekuatan mantra, seperti Siwa Gemana, Uma Gemana, Gangga Gemana, Bharuna Gemana, Wana Gemana, dan Giri Gemana. Tingkat kanista (sederhana) bisa dilakukan hanya dengan melafalkan mantra pada hari kelahiran sebagai bentuk pembersihan diri, terutama bagi mereka yang kurang mampu secara ekonomi.
- Bayuh Oton dengan Sarana Logam Sarana logam yang digunakan disesuaikan dengan hari kelahiran seseorang. Contohnya:
- Minggu (Redite): Emas sebagai lambang Surya.
- Senin (Soma): Perak sebagai lambang Candra.
- Selasa (Anggara): Gangsa sebagai lambang Api.
- Rabu (Budha): Besi sebagai lambang Tanah.
- Kamis (Wrhaspati): Perunggu sebagai lambang Guntur.
- Jumat (Sukra): Tembaga sebagai lambang Sabda.
- Sabtu (Saniscara): Timah sebagai lambang Angin.
- Bayuh Oton dengan Sarana Permata Jenis permata yang digunakan juga menyesuaikan dengan hari dan uku kelahiran. Misalnya:
- Minggu Umanis: Zamrud, Giok, atau Peridot.
- Minggu Pahing: Ruby atau Safir.
- Minggu Wage: Amethyst atau Yellow Sapphire.
- Dan seterusnya sesuai dengan perhitungan tradisional.
- Bayuh Oton dengan Tirta Panglukatan Tirta atau air suci yang digunakan dalam Bayuh Oton berbeda-beda tergantung pada hari kelahiran. Sebagai contoh:
- Kelahiran Umanis: 18 toya kelebutan.
- Kelahiran Pahing: 12 toya kelebutan.
- Dan seterusnya.
- Bayuh Oton dengan Sarana Bebantenan Upakara atau sesaji yang dipersembahkan juga bervariasi. Contohnya:
- Minggu: Sesayut Kusuma Jati.
- Senin: Sesayut Cittarengga.
- Selasa: Sesayut Wirakusuma.
- Dan seterusnya, hingga kelahiran Sabtu dengan Sesayut Kusumayudha.
Ida Bagus Putra Manik Ariana menekankan bahwa sarana bebantenan dapat disesuaikan dengan kemampuan ekonomi, mulai dari yang sederhana (alit) hingga yang kompleks (agung).
Tradisi Bayuh Oton mencerminkan kearifan lokal Bali yang kaya akan nilai spiritual dan filosofi kehidupan. Dengan melaksanakan ritual ini, umat Hindu di Bali berharap dapat membersihkan diri dari energi negatif, menghadirkan harmoni, dan menciptakan kehidupan yang lebih baik sesuai dengan ajaran dharma. Ritual ini menjadi bukti nyata bagaimana budaya dan spiritualitas saling berkelindan dalam kehidupan masyarakat Bali. ***
0 Reviews
ikuti kami di Google News