swipe up
[modern_search_box]

Purnama Kapat, Desa Adat Kapal, Mengwi Menggelar Perang Tipat Bantal, Begini Tahapannya

 Purnama Kapat, Desa Adat Kapal, Mengwi Menggelar Perang Tipat Bantal, Begini Tahapannya

ilustrasi perang tipat bantal di mengwi, badung/ pemkab badung/kabarportal

MENGWI, KABARPORTAL.COM - Di tengah pesatnya modernisasi, masyarakat Desa Adat Kapal, Mengwi, Badung, Bali, tetap setia melestarikan tradisi leluhur.

Salah satu warisan budaya yang masih kokoh dijalankan adalah ritual Aci Tabuh Rah Pengangon, sebuah upacara tahunan yang digelar di depan Pura Desa dan Puseh Desa Adat Kapal.

Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun sejak tahun 1337, menjadi simbol kekayaan budaya dan kebersamaan warga.

Rangkaian Persiapan Ritual

Ritual Aci Tabuh Rah Pengangon tidak dilaksanakan begitu saja. Ada serangkaian tahapan yang dilakukan masyarakat Desa Adat Kapal untuk memastikan kelancaran upacara. Menurut Jero Bendesa Adat Desa Kapal, I Ketut Sudarsana, persiapan dimulai dengan tahap magpag yeh ke DAM Penarungan. Proses ini menjadi langkah awal untuk menyucikan dan mempersiapkan tempat upacara.

promo pembuatan website bulan ini

Setelah tahap tersebut selesai, masyarakat berkumpul sejak pukul 09.00 pagi untuk melaksanakan mepeed, yaitu mengatur persembahan berupa tipat dan bantal. Setiap keluarga (KK) diwajibkan membawa enam buah tipat dan enam buah bantal, yang masing-masing disebut sebagai satu kelan. Dengan jumlah 2.500 kepala keluarga di desa ini, total tipat dan bantal yang disiapkan mencapai 15.000 buah.



“Semua tipat dan bantal ini harus habis digunakan dalam ritual,” ujar Sudarsana.

Pelaksanaan Ritual

Setelah persembahan selesai disusun pada pukul 13.00, masyarakat beralih ke tahap menunggu pelaksanaan inti ritual. Sebelum Tabuh Rah Aci Pengangon dimulai, seluruh peserta terlebih dahulu disucikan melalui upacara prasista. Upacara ini menjadi momen penting untuk memastikan kesakralan dan kesiapan spiritual para peserta.

Ritual inti dimulai secara simbolis di depan Bale Agung Pura Desa dan Puseh. Kemudian, acara berlanjut di luar area pura dengan prosesi siat tipat, di mana tipat dan bantal dilemparkan dalam waktu sekitar 10 menit. Prosesi ini menjadi bagian krusial, karena semua persembahan harus habis dilemparkan sebagai wujud pelaksanaan ritual.

“Ritual ini tidak hanya tentang tradisi, tetapi juga tentang kebersamaan dan penghormatan terhadap leluhur,” tutur Sudarsana.



Makna dan Keberlanjutan Tradisi

Ritual Aci Tabuh Rah Pengangon bukan sekadar upacara adat, melainkan cerminan identitas budaya Desa Adat Kapal. Dengan melibatkan seluruh krama desa, tradisi ini memperkuat solidaritas dan menjaga nilai-nilai leluhur yang telah diwariskan selama berabad-abad. Keberlangsungan ritual ini juga menjadi bukti bahwa masyarakat Bali mampu menjaga keseimbangan antara modernitas dan tradisi.

1 dari 2 halaman

ikuti kami di Google News

Tim Kabarportal

Baca Juga: