Memaknai dan Mengenal Tentang Buda Wage Ukir, Penjelasan dari Lontar

ilustrasi seorang umat Hindu membawa canang/ kabarportal
DENPASAR, KABARPORTAL.COM - Saat Saptawara Buda bertemu dengan Pancawara Wage pada Wuku Ukir, umat Hindu di Bali merayakan hari suci yang dikenal sebagai Buda Wage Ukir atau Buda Cemeng Ukir. Hari ini menjadi momen istimewa untuk memuja Dewi Laksmi, yang tak lain adalah sakti dari Dewa Wisnu, dewa pemelihara alam semesta.
Dewi Laksmi, yang juga disebut Ida Bhatari Sri Rambut Sedana, melambangkan kemakmuran, kesuburan, dan kesejahteraan. Dalam tradisi Hindu Bali, hari ini dianggap sebagai waktu yang tepat untuk mengungkapkan rasa syukur atas segala anugerah yang telah diberikan, sekaligus memohon kelancaran rezeki dan kehidupan yang harmonis.
Ritual dan Sarana Persembahyangan
Dalam pelaksanaan Buda Wage Ukir, umat Hindu melakukan persembahyangan dengan sarana yang disesuaikan dengan desa, kala, patra (konteks tempat, waktu, dan situasi) serta kemampuan masing-masing individu. Salah satu sarana yang umum digunakan adalah canang sari, sebuah persembahan sederhana namun penuh makna. Selain itu, umat juga menghaturkan banten sebagai wujud rasa syukur atas limpahan berkah yang diterima.
Bagi para pedagang, pengusaha, atau mereka yang bergelut di dunia usaha, hari ini memiliki makna khusus. Buda Cemeng Ukir dianggap sebagai waktu yang sakral untuk memohon kelancaran usaha dan keberkahan dalam mencari rezeki. Tradisi ini mencerminkan keseimbangan antara spiritualitas dan kehidupan duniawi.
Makna Spiritual dalam Lontar Sundarigama
Menurut Lontar Sundarigama, Buda Wage Ukir adalah hari untuk memuja keagungan Tuhan dalam wujud Sang Hyang Ongkara Mertha, simbol inti kehidupan yang suci. Umat diajak untuk mengendalikan sifat-sifat nafsu duniawi (kehawanafsuan) dan menjalani kehidupan dengan kesadaran spiritual yang mendalam. Dalam lontar tersebut dijelaskan:
Budha Wage, ngaraning Buda Cemeng, kalingania adnyana suksema pegating indria, betari manik galih sira mayoga, nurunaken Sang Hyang Ongkara mertha ring sanggar, muang ring luwuring aturu, astawakna ring seri nini kunang duluring diana semadi ring latri kala.
Artinya, pada hari Buda Wage atau Buda Cemeng, umat dianjurkan untuk memurnikan pikiran dengan memutus sifat-sifat nafsu. Ini adalah bentuk yoga spiritual yang diwujudkan melalui Bhatari Manik Galih, dengan menurunkan esensi kehidupan suci (Sang Hyang Omkara Amrta) di luar lingkup duniawi.
ikuti kami di Google News



