swipe up
[modern_search_box]

Uncal Balung, Tidak Ada Dewasa Ayu Menikah di Bali Begini Penjelasannya

 Uncal Balung, Tidak Ada Dewasa Ayu Menikah di Bali Begini Penjelasannya

ilustrasi nganten /kabarportal

DENPASAR, BALIKONTEN.COM - Dalam kalender Bali, ada masa-masa tertentu yang dianggap tidak tepat untuk menyelenggarakan upacara besar. Salah satu periode tersebut berlangsung dari Buda Pon Sungsang hingga Buda Kliwon Pahang, yakni rentang waktu yang dikenal dalam rangkaian Hari Suci Galungan. Di masa ini, umat Hindu diimbau untuk menunda pelaksanaan upacara besar seperti Ngaben, Nyekah, dan Pawiwahan (pernikahan).

Menurut Ida Bagus Bawa, Penyuluh Agama Hindu dari Kementerian Agama Kota Denpasar, dalam siaran "Surya Puja" di RRI Pro 4 Denpasar pada Rabu, 30 Oktober 2024 sebagaimana dikutip KABARPORTAL.COM pada Minggu, 6 April 2025, masa ini dikenal sebagai Pegatwakan, penutup rangkaian Galungan. Pegatwakan sering diartikan secara sederhana sebagai “penyuwud” atau akhir dari Galungan. Dalam rentang ini terdapat juga konsep Uncal Balung, yang menjadi alasan utama mengapa umat disarankan tidak melangsungkan upacara besar yang sifatnya direncanakan.

Filosofi Uncal Balung dan Pantangan Upacara Besar

Secara etimologis, "Uncal" berarti membuang atau melepas, sedangkan "Balung" berarti tulang. Maka, Uncal Balung dapat dimaknai sebagai momen untuk membuang atau melepaskan "tulang" – simbol kekuatan dan struktur. Dalam filosofi Hindu, ini menggambarkan pelepasan kekuatan Sang Kala Tiga (aspek negatif atau kekacauan) menuju kesucian Sang Hyang Tri Wisesa.

Ida Bagus Bawa menjelaskan bahwa masa ini adalah saat Sang Buta Galungan – kekuatan adharma atau pengganggu spiritual – turun untuk menggoda umat. Maka dari itu, pelaksanaan upacara berencana dilarang karena dianggap tidak memiliki "tulang" atau pondasi spiritual yang kokoh. Dalam konteks ini, wariga atau perhitungan hari baik sangat penting.

Wariga: Petunjuk Waktu yang Mulia

promo pembuatan website bulan ini

Istilah wariga berasal dari kata "wara" (mulia), "i" (menuju), dan "ga" (jalan), yang secara harfiah berarti petunjuk menuju jalan yang mulia. Dalam sistem wariga, masa Uncal Balung dianggap sebagai waktu yang kurang baik atau dewasa lemet – dewasa tanpa “tulang”. Itulah sebabnya, segala upacara besar seperti Ngaben, Nyekah, dan Pernikahan tidak dianjurkan.



Namun, ada pengecualian untuk upacara insidental seperti kematian mendadak yang tidak bisa ditunda. Sementara itu, upacara rutin seperti odalan (peringatan hari suci pura) atau otonan (ulang tahun kelahiran berdasarkan kalender Bali), masih dapat dilaksanakan karena tidak bersifat besar dan tidak membutuhkan dewasa khusus.

1 dari 2 halaman

ikuti kami di Google News

Baca Juga: