Apakah Boleh Melaksanakan Pembayuhan di Grya?
KABARPORTAL.COM – Apakah boleh melaksanakan pebayuhan di Grya ?
Lalu apakah ayaban saat mebayuh di Grya bisa sampai ke leluhur yang melaksanakannya?
Berikut ini adalah penjelasan tentang boleh atau tidak melakukan pebayuhan di Grya berdasarkan penjelasan dari Ida Pandita Kebayan.
Mebayuh adalah sebuah upacara dalam Hindu yang masuk dalam kategori Manusa Yadnya.
Lontar Pewacakan Pemayuh disebukan Mebayuh berasal dari kata Bayuh yang berarti Dayuh atau kenyamanan/ keseimbangan.
Lontar Tenung Rare dan Lontar Wewatekan menyebutkan bahwa setiap orang diharuskan melaksanakan mebayuh setidaknya sekali dalam seumur hidupnya.
Mebayuh dilakukan untuk membayar hutang karma manusia. Tujuan dari melaksanakan mebayuh menurut Ida Pandita adalah Dan mebayuh dilakukan di depan Sanggah Kemulan atau Rong Tiga.
[the_ad id=”1399″]
Perlu juga diketahui bahwa bagian tengah dari Rong Telu adalah atman kemudian pada sisi kanan adalah Siwa Atman dan sisi kiri merupakan tempat Parātman.
Atman leluhur yang sudah mencapai kualitas Siwa ini melalui beberapa proses yakni pengabenan bertujuan untuk membakar badan kasar.
Ngeroras tujuannya untuk membakar badan pikirannya sedangkan untuk proses ngelinggihang bertujuan untuk membersihakn badan karananya dari Sawa menjadi Siwa.
“Lantas apa itu Grya? Berasal dari kata Giri Ya yakni tempat tinggal dari Giri Natha,” tutur Ida Pandita.
Lantas siapa Giri Natha? Ida Pandita menyebutkan bahwa Giri Natha adalah Siwa dan Parwathi.
Dikatakan pula seorang Sulinggih disebut sebagai Siwa karena dalam proses menjadi seorang Sulinggih, telah melewati proses pengabenan.
“Calon sulinggih akan dimatikan terlebih dahulu oleh nabenya,” jelas Ida Pandita.
Di mana prosesnya sama seperti pengabenan, calon Sulinggih akan melalui proses dari sawa menjadi Siwa.
“Setelah dimatikan oleh nabenya, calon sulinggih akan dihidupkandengan jnana yang kemudian dilinggihkan menggunakan 14 Siwa setiap hari melalui proses Surya Sewana,” kata Ida Pandita.
Sehingga, setelah melalui proses tersebut, Sulinggih telah menjadi Siwa di alam Skala. Sedangkan untuk Siwa yang ada di Rong Tida atau Kemulan adalah Siwa Niskala.
“Semua memiliki kualitas Siwa yang sama dan tidak salah jika kemudian seseorang melaksanakan pebayuhan di Grya,” ucap Ida Pandita.
Dan perlu diketahui jika Siwa di sini berada di tengah-tengah serta Siwa tidak memiliki kulit.
“Makanya seorang sulinggih adalah milik semua umat. Sebab seorang sulinggih tidak lagi mengenal soroh dan semua orang boleh meminta penganugrahan di Grya,” tutup Ida Pandita. ***
ikuti kami di Google News
0 Reviews
ikuti kami di Google News