Fakta Menarik Kuningan di Bali, Nasi Kuning, Tradisi Mekotek hingga Sembahyang Sebelum Pukul 12 Siang
KABARPORTAL.COM – 10 hari setelah Galungan disebut sebagai Rahinan Kuningan. Hari raya ini jatuh pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan.
Umat Hindu sudah disibukkan dengan beragam kegiatan mulai dari sembahyang dirumah, pura desa hingga pura kahyangan jagat.
Namun ada beberapa fakta menarik dari pelaksanakan rahina Kuningan sebagaimana dirangkum dari beragam sumber.
Daftar Isi
Kapan Dilaksanakan Kuningan?
Kuningan datang setiap 6 bulan atau 210 hari sekali menurut perhitungan kalender Bali. Kuningan mirip seperti Galungan yakni diawali dengan Penampahan Kuningan pada Sukra Wage Wuku Kuningan kemudian keesokan harinya barulah dilaksanakan Kuningan.
Kuningan jatuh pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan
Hari raya Kuningan adalah rangkaian dari Galungan dan ada ciri khas dari rahina Kuningan yakni terdapat nasi kuning ditiap banten yang dihaturkan serta adanya Tamiang, Endongan dan Ter ditiap pelinggih serta area rumah.
Makna Nasi Kuning pada Rahina Kuningan
Nasi Kuning yang dihaturkan dan terdapat pada tiap banten di rahina Kuningan bermakna kemakmuran serta gemah ripah loh jinawi.
Lontar Sundarigama menyebutkan jika saat Rahina Kuningan para leluhur turun ke dunia hingga tengah hari.
Kenapa Kuningan Sembahyang Hingga Siang Hari?
Masih dari Lontar Sundarigama, disebutkan jika ketika Rahina Kuningan para leluhur dan dewata ada di dunia ini hingga tengah hari atau sampai siang hari saja.
Ketika sudah sore hingga malam hari baru melaksanakan Rahina Kuningan sangat tidak disarankan karena akan dinilai sia-sia.
Tradisi Ketika Kuningan
Saat hari raya Kuningan pada sore hari, di Desa Munggu, Badung dilaksanakan sebuah tradisi yang bernama Mekotek atau Ngerebeg.
Tradisi Mekotek sudah ada sejak masa kerajaan Mengwi. Tradisi ini dilaksanakan sekaligus untuk memohon keselamatan. ***
0 Reviews
ikuti kami di Google News