Pegatwakan, Akhir dari Rangkaian Galungan dan Kuningan
KABARPORTAL.COM – Buda Kliwon Wuku Pahang atau yang juga dikenal dengan Pegat Uwakan merupakan akhir dari rangkaian Galungan dan Kuningan.
Saat rainan Pegatwakan ini umat Hindu akan mencabut penjor yang sebelumnya telah dipadang saat Penampahan Galungan di depan rumah.
Pun, seluruh sarana yang ada pada penjor ditanggalkan kemudian dibakar.
[the_ad id=”1399″]
Setelah itu, abu dari hasil pembakaran itu dimasukkan dalam klungan nyuh gading yang sebelumbnya sudah dikasturi.
Ketika abu tersebut telah dimasukkan dalam klungah nyuh gading, kemudian klungah tadi ditanam pada lubang tempat menanam penjor.
[the_ad id=”1399″]
Lontar Sundarigama menyebutkan tentang rainan Pegatwakan sebagai berikut ini:
Pahang, Buda Kliwon Pegatwakan, ngaran, pati warah panelasning mengku, biana semadi, waraning Dungulan ika, wekasing perelina, ngaran kalingan ika, pakenaning sang wiku lumekasang kang yoga semadi, umoring kala ana ring nguni, saha widi-widana sarwa pwitra, wangi-wangi, astawakna ring sarwa dewa, muang sesayut dirgayusa abesik, katur ring Sang Hyang Tunggal, panyeneng tatebus.
[the_ad id=”1399″]
Terjemahannya:
Buda Kliwon Pahan adalah hari raya Pegatwakan dan disebut dengan Pegatwakan karena akhir dari tapa brata.
Sang Wiku patut melakukan renungan suci dengan menggunakan saran wangi-wangi serta sesayut dirgayusa.
[the_ad id=”1399″]
Ini dipersembahkan kepada Sang Hyang Tunggal yang juga dilengkapi dengan penyeneng serta tetebus.
Masih dalam Lontar Sundarigama, Pegatwakan memiliki arti yakni putusnya perkataan.
Lalu, diartikan pula sebagai akhir masa melaksanakan dhyana semadi dalam rangka perayaan hari suci pada Wuku Dungulan atau puncak peleburan.
[the_ad id=”1399″]
Itulah penjelasan singkat tentang rainan Pegat Uwakan yakni akhir dari rangkaian Galungan dan Kunignan. ***
ikuti kami di Google News
0 Reviews
ikuti kami di Google News