Banten Purnama Sadha, Ini Penjelasannya Berdasarkan Lontar dan Larangannya
DENPASAR, KABARPORTAL.COM – Purnama Sadha merupakan rahinan Hindu yang jatuh pada bulan ke-12 berdasarkan perhitungan Kalender Bali.
Namun untuk Purnama datang setiap 1 bulan sekali. Banten ini juga bisa digunakan untuk melaksanakan rahinan yang juga dikenal dengan Sukla Paksa ini.
Dalam Lontar Sundarigama juga disebutkan tentang Purnama yakni hari dimana Sang Hyang Candra tengah melangsungkan payogan.
Isi Lontar:
Mwah hana pareresiknira sang hyang rwa bhineda, makadi sang hyang surya candra, yatika nengken purnama mwang tilem, ring purnama sang hyang ulan mayoga, yan ring tilem sang hyang surya mayoga.
Terjemahannya:
Tilem dan Purnama merupakan penyucian diri untuk Dewa Matahari dan juga Dewa Bulan yang juga dikenal dengan Sang Hyang Rwa Bhineda.
Sang Hyang Wulan atau Candra melakukan payogan ketika Purnama dan Sang Hyang Surya sebaliknya melaksanakan payogan ketika Tilem.
Tak hanya waktu terbaik untuk melaksanakan persembahyangan, Purnama juga baik untuk melaksanakan penyucian diri secara lahir dan bhatin.
Terkait saranan, tentunya mengutamakan desa kala patra dan juga kemampuan setiap umat.
Namun umat juga bisa menggunakan sarana berupa canang wangi-wangi, canang yasa ytang dihaturkan kepada para dewa.
Pemujaan dilaksanakan di Sanggah hingga Parahyangan. Purnama juga bisa digunakan untuk bersedekah dan ini tertuang juga pada Sarasamuscaya, 170.
Selain itu, berdasarkan Pustaka Pameda Smara, hari berikut ini dilarang atau wajib dihindari untuk melakukan hubungan suami istri atau senggama.
Purnama, Tilem, bahkan sebelum dan sesudah Purnama atau Tilem dan jika secara sengaja melakukan tindakan hubungan ketika rerainan tersebut akan terkena musibah atau petaka. ***
1 Review
ikuti kami di Google News