Mengenal Kajengkliwon Pemelastali dan Banten yang Digunakan
DENPASAR, KABARPORTAL.COM – Berikut adalah penjelasan singkat tentang Kajengkliwon Pamelastali. Rainan ini datang setiap enam (6) bulan sekali.
Kajengklion terdiri dari 3 jenis yang meliputi, Kajeng Kliwon Uwudan (kajeng kliwon setelah bulan purnama), Kajeng Kliwon Enyitan (kajeng kliwon setelah bulan mati atau tilem) dan Kajeng Kliwon Pamelastali (Watugunung Runtuh, yang datang setiap enam bulan sekali).
Kajeng Kliwon Pamelastali juga merupakan rangkaian pertanda akan datangnya Saraswati yakni Saniscara, Umanis Watugunung.
[the_ad id=”1399″]
Watugunung merupakan sebuah nama terakhir dari 30 Pawukon Bali. Wuku ini memiliki jumlah Urip 8.
Lontar Medang Kemulan menyebutkan jika Watugunung adalah putra dari Dewi Sintakasih yakni permaisuri Kerajaan Kundadwipa.
Kajeng Kliwon Pamelastali diambil dari kisah Watugunung. Sosok Watugunung ini digambarkan sebagai orang yang sakit dan sayangnya tidak dibekali dengan kepintaran.
[the_ad id=”1399″]
Kisah Watugunung ini juga erat kaitannya dengan rangkaian Saraswati yakni turunnya ilmu pengetahuan.
Kata Pamelastali terdiri dari 2 kata yakni Pamelas dan Tali. Pamelas berarti melepaskan sedangkan Tali bermakna mengikat.
[the_ad id=”1399″]
Sehingga, Pamelastali diartikan sebagai melepaskan ikatan yakni kebodohan dan juga sifat buruk yang dimiliki oleh Watugunung.
Sebelumnya, digambarkan bawah sosok Watugunung juga melakukan peperangan kepada Dewa Wisnu yakni berakhir dengan kekalahan (kematian) Watunung.
[the_ad id=”1399″]
Untuk melaksanakan Kajengkliwon biasanya digunakan banten berupa blabaran atau segehan, tipat dampul.
Sedangkan doa yang digunakan sebagai berikut:
Isi Mantra
“Om Sarwa Bhuta Preta Byo Namah”
[the_ad id=”1399″]
Artinya:
Hyang Widhi izinkanlah hamba menyuguhkan sajian kepada bhuta preta seadanya.
Itulah penjelasan singkat tentang Kajengkliwon Pamelastali. ***
ikuti kami di Google News
0 Reviews
ikuti kami di Google News